PRAKTIKUM
1 :
BOR
TANGAN
Bor tangan dapat digunakan untuk menggali lubang bor
hingga kedalaman 5 meter dengan memakai
seperangkat batang penyambung, Bor diputar sambil ditekan ke bawah dengan tuas berbentuk T di batang paling atas. Jenis bor
yang umum digunakan adalah Iwan auger dengan
diameter 200 mm (Gambar 1.1).
Bor tangan biasanya digunakan hanya bila sisi-sisi lubang
bor tidak memerlukan penyangga dan bila
tidak terdapat partikel-partikel berukuran kerikil atau yang lebih besar. Bor
tersebut perlu dicabut berkali-kali untuk pengosongan tanah (Gambar 1.2).
Semua sampel harus diberi label yang jelas yang
menunjukkan nama proyek, tanggal, lokasi,
nomor lubang bor, kedalaman dan metode pengambilan sampel (Gambar 1.3).
Metode pengambilan sampel tanah dibagi dalam dua kategori
utama yaitu tanah terganggu (disturbed sample) dan
tanah tak terganggu (undistrubed sample).
Ø Sampel tanah tak terganggu nantinya digunakan untuk pengujian kekuatan geser tanah dan konsolidasi. Sampel tak terganggu
diperoleh dengan teknik-teknik tertentu dengan maksud mempertahankan kondisi
struktur tanah dan kadar air di lapangan.
Sampel tanah tak terganggu dapat diambil dengan tabung berdiameter kecil yang dipancangkan di bawah dasar lubang bor. Ketika
tabung dibawa ke permukaan tanah,
sedikit tanah di kedua ujung tabung dikupas lalu diberi lilin cair pada bekas
kupasan tadi untuk mementuk suatu penyekat setebal 25 mm. Ujung-ujung tabung tersebut lalu ditutup dengan pelindung.
Perlu sangat berhati-hati, dalam penanganan, pengangkutan dan
penyimpanan sampel tanah sebelum dilakukan pengujian (Gambar 1.4).
Ø Sampel tanah terganggu memiliki distribusi ukuran partikel yang sama dengan asalnya namun kadar
airnya telah berubah dan struktur tanahnya telah rusak. Sampel tanah terganggu
yang terutama digunakan untuk pengujian klasifikasi tanah
dan pemadatan tanah.
Setelah sebuah
penyelidikan selesai dan hasil-hasil uji laboratorium telah tersedia, kondisi-kondisi tanah yang ditemukan dalam tiap
lubang bor diringkaskan dalam sebuah bentuk
log lubang bor seperti pada Gambar 1.5 dan 1.6. Informasi log tersebut harus dapat
digunakan untuk menilai dengan cepat profil tanah (Gambar 1.7).
Deskripsi tanah merupakan
bahasa standar untuk mendeskripsikan karakteristik material dan massa tanah di
lapangan. Perbedaan mendasarnya dengan klasifikasi tanah adalah tanah
ditempatkan dalam salah satu dari beberapa kelompok berdasarkan hanya pada karakteristik material saja. Klasifikasi tanah cukup
penting dan berguna jika tanah yang ditinjau akan digunakan
untuk material konstruksi seperti timbunan tanah.
Ø Karakteristik material tanah dapat ditentukan dari sampel tanah terganggu yang memiliki distribusi partikel yang sama dengan kondisi
lapangan namun keaslian struktur tanah di lapangan belum terjaga
pada sampel tersebut. Karakteristik utama
material adalah distribusi ukuran partikel dan plastisitas yang digunakan
sebagai pedoman penamaan. Sedangkan karakteristik material yang sekunder adalah warna tanah dan bentuknya, tekstur, serta
komposisi partikel tanah.
Ø Karakteristik massa tanah idealnya ditentukan di lapangan, namun dalam beberapa
kasus dapat dideteksi dengan memakai sampel tanah tak terganggu dimana sampel tanah terjaga sifat-sifat lapangannya. Deskripsi
karakteristik massa meliputi
taksiran kekerasan atau kekuatannya di lapangan, dan rincian tempat
diskontuinitas serta pelapukan tanah tersebut.
Jenis-jenis dasar tanah
berdasarkan rentang ukuran partikel adalah kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay).
Campuran dari jenis-jenis tanah dasar disebut dengan jenis komposit dengan komponen yang paling dominan
ditulis dengan huruf besar. Tanah termasuk jenis pasir atau kerikil jika lebih
dari 65% materal tersebut berukuran pasir dan kerikil. Sedangkan tanah termasuk
jenis tanah lanau atau lempung jika lebih dari 35% material
tersebut berukuran lanau dan lempung. Contoh deskripsi tanah misalnya, LEMPUNG, keras, plastisitas tinggi, cokelat muda,
mengandung batu disana-sini.
Jenis Tanah Komposit Berbutir Kasar
KERIKIL sedikit
berpasir (Slightly sandy GRAVEL). sampai
5% pasir.
KERIKIL berpasir
atau KERIKIL kepasiran (Sandy GRAVEL). 5% - 20% pasir.
KERIKIL sangat
berpasir (Very sandy GRAVEL). pasir
di atas 20%.
KERIKIL/PASIR (SAND and GRAVEL). proporsi ± sama.
PASIR sangat
berkerikil (Very gravelly SAND). kerikil
di atas 20%.
PASIR berkerikil (Gravelly SAND). 5%
- 20% kerikil.
PASIR sedikit
berkerikil (Slightly gravelly
SAND). sampai
5% kerikil.
PASIR (atau
KERIKIL) sedikit berlanau. sampai
5% lanau.
PASIR (atau
KERIKIL) berlanau atau 5%
- 20% lanau.
PASIR
(atau KERIKIL) kelanauan.
PASIR (atau
KERIKIL) sangat berlanau. lanau
di atas 20%.
PASIR (atau
KERIKIL) sedikit berlempung. sampai
5% lempung.
PASIR (atau KERIKIL) berlempung atau 5-20%
lempung.
PASIR
(atau KERIKIL) kelempungan.
PASIR (atau KERIKIL) sangat berlempung. lempung di atas 20%.
Jika pada tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir)
terdapat proporsi material berbutir halus (lanau
dan lempung) yang cukup besar, sangatlah penting diketahui apakah material halus tersebut plastis atau non-plastis (apakah tanah itu
lebih dominan lempung atau lanaunya). Di
lapangan, kohesi dan plastisitas tanah dapat ditaksir dengan prosedur yang cepat yang melibatkan keputusan subyektif yang didasarkan
atas penampilan tanah dan rabaan pada
tanah. Sejumlah kecil tanah yang partikel-partikel terbesarnya telah disingkirkan diremas-remas dengan tanah dan bila perlu
ditambahkan air. Kohesi dapat ditentukan
jika tanah, pada kadar air tertentu dapat dibentuk menjadi suatu massa tanah yang relatif keras.
Plastisitas tanah dapat dilihat jika tanah dapat
diubah-ubah bentuknya tanpa terjadi
retakan maupun remahan yaitu tanpa kehilangan kohesi. Jika butiran halus suatu tanah dikatakan memiliki kohesi dan plastisitas
maka butiran tersebut bersifat plastis. Jika
kohesi dan plastisitas tidak ada atau sangat lemah, maka butiran halus tersebut
bersifat non-plastis.
Plastisitas tanah berbutir halus dapat ditaksir dengan
pengujian kekuatan kering, kekerasan dan dilatansi. Partikel-partikel kasar
harus disingkirkan terlebih dahulu kemudian
satu contoh tanah diremas-remas di tangan. Untuk mendapatkan konsistensi yang diinginkan, bila perlu tanah di tambahkan air atau
dibiarkan kering hingga tercapai konsistensi yang
sedikit lebih besar dari batas plastis.
Ø Uji Kekuatan Kering. Secuil tanah dengan ketebalan 6 mm dibiarkan kering secara
alamiah ataupun dalam oven. Kekuatan tanah kering tersebut ditaksir dengan mematahkan dan meremas dengan jari-jari
tangan. Lempung anorganik memiliki
kekuatan kering yang relatif lebih besar, makin besar kekuatan keringnya maka makin tinggi batas carinya. Lempung anorganik
dengan batas cair rendah memiliki
kekuatan kering yang kecil sekali bahkan ada yang tidak memiliki kekuatan
kering dan mudah sekali diremas-remas.
Ø Uji Kekerasan. Sepotong
kecil tanah digulung berbentuk benang di atas permukaan datar atau di atas telapak tangan, diremas lalu digulung lagi
sampai mengering
dan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil pada diameter 3 mm. Pada kondisi
ini, lempung anorganik dengan batas cair tinggi cukup kaku dan keras, sementara
yang batas carinya rendah lebih lembek dan lebih mudah hancur. Lanau anorganik menghasilkan benang-benang yang lembek dan
lemah yang sulit dibentuk dan mudah patah dan hancur.
Ø Uji Dilatansi. Secuil
kecil tanah ditambahkan air seperlunya sehingga menjadi lembek
tetapi tidak lengket, ditempatkan di atas telapak tangan terbuka (horizontal), telapak tangan digeser-geserkan di
atas telapak tangan lainnya beberapa kali. Dilatansi ditunjukkan dengan
munculnya lapisan air tipis yang bercahaya
pada permukaan tanah. Jika tanah diperas dan ditekan dengan jari-jari tangan, permukaan tersebut menjadi suram dan
tanah pun menjadi kaku dan tibatiba
hancur. Reaksi-reaksi ini hanya terdapat pada material yang ukuran lanaunya
lebih dominan dan untuk pasir yang sangat halus. Lempung plastis sama sekali tidak
bereaksi pada pengujian ini.
Kekerasan atau kekuatan tanah
di tempat dapat ditaksir dengan pengujian-pengujian yang
dijelaskan berikut ini.
Jenis Tanah
|
Sifat
|
Uji Lapangan atau Indikasi
|
Pasir dan Kerikil
|
Lepas (Loose)
|
Dapat
digali dengan sekop, pasak kayu 50 mm dapat
ditancapkan dengan mudah.
|
Padat (Dense)
|
Dibutuhkan cangkul
untuk menggali, pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan.
|
|
Sedikit terikat (Slightly
cemented)
|
Pengujian secara visual, cangkul memindahkan gumpalan-gumpalan
tanah
yang dapat terkikis.
|
|
Lanau
|
Lepas (Uncompact)
|
Mudah diremas dengan
jari.
|
Padat (Compact)
|
Dapat diremas dengan tekanan yang kuat
pada jari-jari tangan.
|
|
Lempung
|
Sangat lunak
(Very soft)
|
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika
diperas.
|
Lunak (Soft)
|
Dapat diremas dengan
mudah.
|
|
Sedang (Firm)
|
Dapat
diremas dengan tekanan jari
yang kuat. |
|
Kaku (Stiff)
|
Tidak
dapat diremas dengan jari, dapat
ditekan dengan ibu jari. |
|
Keras (Hard)
|
Dapat
ditekan dengan kuku ibu jari.
|
1.2.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengambil sampel
tanah dari berbagai kedalaman. Biasanya
dilakukan di samping lubang sondir agar didapatkan korelasi antara kekuatan
tanah dan jenis tanah yang dikandungnya.
1.3.
PERALATAN
1.
Iwan Auger
2.
Stang bor
3.
Pemutar stang bor
4.
Tabung sampel
5.
Stick aparat
6.
Kunci pipa
7.
Palu besar
8.
Kaleng/plastik (untuk penyimpanan
sampel)
9.
Paraf in
10.
Kompor
11.
Pan
12.
Spoon
1.4.
PROSEDUR
PENGUJIAN
1.
Bersihkan daerah di sekitar lubang yang
akan dibor.
2.
Pasang auger pada stang bor, lalu pasang
pemutarnya.
3.
Tekan auger kedalam
tanah sambil putar, setelah sampel tanah mengisi auger sampai
penuh (20cm) kemudian auger diangkat dengan hati-hati.
4.
Keluarkan sampel
tanah dari dalam auger untuk dibuat deskripsi jenis tanah dan bahan-bahan yang
dikandungnya. Simpan dalam kaleng/plastik dan diberi label yang memberikan keterangan nomor titik bor, kedalaman,
tanggal pengeboran.
5.
Ulangi prosedur 3
dan 4 sampai tercapai kedalaman yang diinginkan. Sam pel tanah yang didapat adalah sampel tanah tidak asli (disturbed
sample) dan hanya digunakan untuk keperluan
klasifikasi dan deskripsi tanah.
6.
Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed
sample) digunakan tabung sampel. Auger
yang tadi digunakan sekarang diganti dengan tabung sampel yang telah
disambung dengan stick aparat. Masukkan kedalam lubang yang telah dibentuk.
Bila tanahnya cukup lunak,
tabung sampel ditekan perlahan-lahan sampai masuk sedalam 40 cm kemudian diputar satu kali untuk
melepaskan/memotong sampel tanah pada dasar tabung kemudian
diangkat.
Bila tanahnya cukup keras
sehingga tabung tidak dapat ditekan, gunakan palu untuk
memukulnya, lakukan dengan cara perlahan-lahan.
7.
Setelah didapatkan
sampel tanah asli dalan tabung, lepaskan stick aparat lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah kedua ujung
tanah setebal 1 cm kemudian tutup
dengan cairan parafin. Lakukan satu persatu pada waktu penutupnya
dengan paraf in.
8.
Tuliskan label yang
berisi nomor titik bor, kedalaman, bagian atas/bagian bawah, tanggal
pengambilan sampel dan lain-lainnya dibagian luar tabung.
9.
Sampel tanah asli ini sebaiknya
dimasukkan kembali kedalam peti pelindung terutama bila tempat
pemeriksaan/laboratorium cukup jauh.
1.5.
PERAWATAN
1.
Bersihkan mata bor
dan stangnya setiap kali selesai dipakai lalu dilumuri dengan oli
secukupnya untuk menghindari karat.
2.
Sebelum dipakai,
tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya diberi pelumas sehingga tanah bias masuk maupun
keluar dengan mudah.
1.6.
HASIL
PRAKTIKUM
Lokasi
Praktikum Boring
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil praktikum boring yang dilakukan pada titik boring ,yaitu depan PKM Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang,
diketahui bahwa jenis tanah pada titik tersebut merupakan tanah
lempung berbutir kasar dengan plastisitas
rendah. Tanah sample berwarna coklat muda dan mudah dibentuk, Tanah dengan kondisi
tersebut terdapat pada semua sampel yang diambil (4 sampel) mulai dari
kedalaman 0 cm sampai 80 cm.
PRAKTIKUM 2 :
UJI PENETRASI LAPANGAN DENGAN ALAT
SONDIR
Sondir adalah salah
satu alat pengujian tanah di lapangan (Gambar 2.1). Pengujian ini dimaksudkan untuk mem peroleh parameter-parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah di
lapangan yang selanjutntya digunakan untuk interpretasi perlapisan tanah yang merupakan
bagian dari analisis dan desain geoteknik.
Cara kerja alat ini adalah beban statik menekan alat penetrasi konus
ganda (bikonus) dengan pembacaan perlawanan setiap kedalaman 20 cm (Gambar
2.2). Adapun yang dibaca pada manometer adalah :
·
Pembacaan
pertama adalah nilai perlawanan konus (cone
penetration
resistance) (qc)
dengan ujung konus saja yang terdorong dalam satuan kg/cm2.
·
Pembacaan
kedua adalah nilai perlawanan geser
diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong bersamaan sehingga yang
dibaca adalah nilai perlawanan konus + nilai perlawanan geser (qc
+ fs) dalam satuan kg/cm2.
Cara
perhitungan nilai qc, fs, Tf dan Rf adalah sebagai berikut,
Luas
ujung cone (Ac) =10 cm2,
Luas
selimut (bidang) geser yang diukur (As) = 100 s/d150 cm2.
Nilai
perlawan geser (local frictional resistance) :
fs
= [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As) dalam kg/cm2
Angka
banding geser (friction ratio) :
Rf
= fs/qc x 100 dalam prosentase.
Geseran
total (total friction) :
Tf
= komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data, dalam kg/cm’.
Untuk
penyajian data pada laporan dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan 2.4.
3.2.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan terhadap tekanan ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan
luas, serta perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
dalam gaya persatuan panjang.
3.3.
PERALATAN
Ø Mesin
sondir
Ø Stang
sondir
Ø Mantle
cone
Ø Friction
Cone
Ø Jangkar
spiral
Ø Ambang penekan
Ø Peralatan penunjang
3.4.
PROSEDUR
PENGUJIAN
1.
Bersihkan lokasi
percobaan lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok
dengan kaki sondir (Gambar 2.5).
2.
Jepitlah rangka sondir dengan ambang
pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir
agak tegak lurus, dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu gunakan
water pass untuk mengontrolnya.
3.
Bukalah baut
penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer, lalu pasang
kunci piston pada ujung piston.
4.
Tekan berkali-kali kunci piston ke atas
sampai oli keluar semua.
5.
Setelah oli yang lama habis, tetap terbuka.
Isilah oli dari lubang pengisian sampai penuh, gerakan kunci piston naik turun
secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara.
Setelah tidak ada gelembung udara tutup lubang kembali lubang pengisian tadi.
6.
Tutup salah satu
kran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka, perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan
dan tahan (kunci), stang pemutar
apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada
kebocoran antara lain pada sambungan-sambungan nepel, buat
penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer yang
lainnya.
7.
Pasang friction cone/mantle cone pada
draad stang sondir berikut stang dalamnya.
Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka sondir
tepat dibawah ruang oli. Pasang kop penekan.
8.
Dorong treker, pada
posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan
pengukuran sudah siap dilakukan (Gambar 2.6).
9.
Tiang sondir diberi
tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya untuk
mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10.
Engkol pemutar
kembali diputar sehingga patent friction cone/mantle cone masuk ke
dalam tanah.
11.
Setelah mencapai
batas 20 cm (lihat tanda spidol), engkol pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam
posisi lubang bulat. Buka kran yang menuju manometer 60 kg/cm²
(Gambar 2.7).
12.
Engkol pemutar
diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam tanah dengan kecepatan 2
cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu akan menekan oli di dalamnya,
tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc)
sedangkan friction cone akan mengatur
tahanan ujung konus dan gesekan dinding terhadap tanah.
13.
Tekan stang, catat
angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan penekanan
sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum
manometer. Bila diperkirakan
tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran manometer tersebut
dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastis dan merusak manometer.
15.
Putar kembali engkol pemutar berlawanan
arah lalu posisi treker dipindahkan kembali
menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali sejarak 20 cm
berikutnya dan ulang prosedur 12 sampai dengan 14.
16.
Setelah mencapai ke dalam 1 meter, stang
sondir perlu ditambah. Caranya terlebih
dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung. Gunakan
kunci pipa untuk mengencangkannya (Gambar 2.8). Ulangi prosedur 8 sampai
dengan 15.
17.
Setelah mencapai
kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150 kg/cm²)
penyelidikan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali
dengan cara sebagai berikut :
·
Putar engkol pemutar agar piston penekan
terangkat.
·
Tarik treker pada posisi lubang penuh.
·
Dorong treker pada posisi lubang
terpotong.
·
Putar engkol
pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.
·
Tahan stang sondir
bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya tidak jatuh.
·
Lepaskan stang sondir atas dengan kunci
pipa yang lain.
·
Ulangi prosedur ini stang sondir
berikutnya.
18.
Percobaan sondir telah selesai
dilakukan.
3.5.
PERAWATAN
1.
Stang sondir yang
telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan lumuri dengan oli secukupnya
agar tidak berkarat.
2. Friction cone/mantle cone yang telah dipakai juga harus
segera dibersihkan. Setelah bersih
dicoba digerak-gerakan, apakah terjadi kemacetan. Apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian alat tersebut dan rendam dalam
minyak tanah lalu disikat dengan
hati-hati. Lumuri dengan oli yang masih baru kemudian dirangkaian kembali
sehingga gerakannya tidak ada yang terhambat lalu disimpan pada ruang tertutup.
3.
Tambahkan stempet
pada gigi penggerak mesin sondir bagian atas bila kondisinya
sudah kering.
4.
Lumasi seluruh bagian yang bergerak/bergesekan
secara berkala.
5.
Bila terjadi
kebocoran oli, buka ruang oli dan periksa oli didalamnya. Bila oli seal tersebut
sobek ganti dengan yang baru.
3.6.
HASIL
PRAKTIKUM
HASIL
PENGUJIAN SONDIR (CPT)
|
||||||
PROYEK
|
: SONDIR TANAH
|
|||||
TITIK SONDIR
|
: S1
|
|||||
LOKASI
|
: DEPAN PKM TEKNIK
|
|||||
TANGGAL
|
: 21 OKTOBER 2014
|
|||||
KEDALAMAN
(m)
|
BACAAN
qc (kg/cm2)
|
BACAAN
qc + fs (kg/cm2)
|
fs (kg/cm2)
|
fs
x 20 cm (kg/cm')
|
Tf
(kg/cm')
|
Rf fs/qc (%)
|
0.00
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.0
|
0.20
|
10
|
30
|
2
|
40
|
40
|
20.00
|
0.40
|
50
|
100
|
5
|
100
|
140
|
10.00
|
0.60
|
80
|
112
|
3.2
|
64
|
204
|
4.00
|
0.80
|
78
|
114
|
3.6
|
72
|
276
|
4.62
|
1.00
|
63
|
120
|
5.7
|
114
|
390
|
9.05
|
1.20
|
76
|
113
|
3.7
|
74
|
464
|
4.87
|
1.40
|
98
|
134
|
3.6
|
72
|
536
|
3.67
|
1.60
|
130
|
160
|
3
|
60
|
596
|
2.31
|
1.80
|
120
|
260
|
14
|
280
|
876
|
11.67
|
2.00
|
250
|
265
|
1.5
|
30
|
906
|
0.60
|
LABORATORIUM
MEKANIKA TANAH UNNES
|
3.7.
PEMBAHASAN
Uji sondir ini digunakan untuk menguji
penetrasi tanah atau digunakan untuk mengetahui perlawanan terhadap tekanan ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, serta
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan
panjang.
Dari
uji sondir ini didapatkan nilai cone
penetration resistance (qc) dan perlawanan
geser (qc + fs).
Perhitungan manual :
Luas ujung cone (Ac) =10 cm2,
Luas selimut (bidang) geser yang diukur (As) = 100.
Kedalaman
0,00 m
Nilai
perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(0) – 0] x (10 / 100)
fs = 0
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 0/0x 100
Rf = 0
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan
data
Tf = 0
Kedalaman
0,40m
Nilai
perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(100) – 50] x (10 / 100)
fs = 5 kg/cm2
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 5/50x 100
Rf = 10 %
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan
data
Tf = 100 kg/cm
Kedalaman
0,60m
Nilai
perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(112) – 80] x (10 / 100)
fs = 3,2 kg/cm2
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 3,2/80x 100
Rf = 4 %
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan
data
Tf = 164 kg/cm
Dst….
Dari
hasil praktikum sondir yang telah di lakukan kami dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Daya
dukung tanah maksimal sebesar 250 kg/cm2 pada kedalaman 2,00 m dari
permukaan.
2. Nilai
pergeseran total maksimal sebesar 866 kg/cm pada kedalaman 2,00 m.
3. Nilai
angka banding geser maksimal sebesar 11,67 % pada kedalaman 1,80 m, sedangkan
untuk kedalaman 2.00 m nilai angka banding geser sebesar 0,60 %.
4. Karakteristik
tanah yang didapatkan dari hasil praktikum sondir adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan CPT (Roberson et al.,
1986)
KEDALAMAN
(m)
|
BACAAN
qc (kg/cm2)
|
Rf
(%)
|
KARAKTERRISTIK
TANAH
|
0.00
|
0
|
0.0
|
~
|
0.20
|
10
|
0.00
|
~
|
0.40
|
50
|
10.00
|
~
|
0.60
|
80
|
4.00
|
Clayey
Silt to Silty Clay
|
0.80
|
78
|
4.62
|
Silty
Clay to Clay
|
1.00
|
63
|
9.05
|
~
|
1.20
|
76
|
4.87
|
Silty
Clay to Clay
|
1.40
|
98
|
3.67
|
Clayey
Silt to Silty Clay
|
1.60
|
130
|
2.31
|
Silty
Sand to Sandy Silt
|
1.80
|
120
|
11.67
|
~
|
2.00
|
250
|
0.60
|
Sand
|
b) Berdasarkan CPT (Beggeman, 1965)
KEDALAMAN
(m)
|
BACAAN
qc (kg/cm2)
|
Rf
(%)
|
KARAKTERRISTIK
TANAH
|
0.00
|
0
|
0.0
|
~
|
0.20
|
10
|
0.00
|
~
|
0.40
|
50
|
10.00
|
~
|
0.60
|
80
|
4.00
|
Clay
|
0.80
|
78
|
4.62
|
Clay
|
1.00
|
63
|
9.05
|
~
|
1.20
|
76
|
4.87
|
Clay
|
1.40
|
98
|
3.67
|
Clay-Loam
|
1.60
|
130
|
2.31
|
Silty
Sand
|
1.80
|
120
|
11.67
|
~
|
2.00
|
250
|
0.60
|
Sand
and Gravel
|
Sumber Referensi :
Buku Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah, karya Joseph E. Bowles, tahun 1984
Buku Mekanika Tanah Cetakan ke-VI, karya L.D. Wesley,
tahun 1977.
LAPORAN SEMENTARA
|
|||||||
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
|
|||||||
Lokasi
|
: FT UNNES
|
Cuaca
|
: Cerah
|
||||
Hari/tanggal
|
: 24 Oktober 2014
|
No. Titik
|
: 1
|
||||
Jam
|
: 13.00
|
Kelompok
|
: 2
|
||||
KEDALAMAN
|
SONDIR
|
PENGEBORAN
|
|||||
qc
|
qc + fs
|
Simbol
|
Jenis Tanah
|
Deskripsi
|
Sampel
|
||
M
|
kg/cm2
|
kg/cm2
|
|||||
0.0
|
0
|
0
|
Lempung
|
Berwarna coklat muda
|
|||
0.2
|
10
|
30
|
|||||
0.4
|
50
|
100
|
|||||
0.6
|
80
|
112
|
|||||
0.8
|
78
|
114
|
|||||
1.0
|
63
|
120
|
|||||
1.2
|
76
|
113
|
|||||
1.4
|
98
|
134
|
|||||
1.6
|
130
|
160
|
|||||
1.8
|
120
|
260
|
|||||
2.0
|
260
|
265
|
|||||
2.2
|
|||||||
2.4
|
|||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar