Senin, 17 April 2017

sondir dan boring tanah serta contoh praktikum

PRAKTIKUM 1 :
BOR TANGAN

Bor tangan dapat digunakan untuk menggali lubang bor hingga kedalaman 5 meter dengan memakai seperangkat batang penyambung, Bor diputar sambil ditekan ke bawah dengan tuas berbentuk T di batang paling atas. Jenis bor yang umum digunakan adalah Iwan auger dengan diameter 200 mm (Gambar 1.1).
Bor tangan biasanya digunakan hanya bila sisi-sisi lubang bor tidak memerlukan penyangga dan bila tidak terdapat partikel-partikel berukuran kerikil atau yang lebih besar. Bor tersebut perlu dicabut berkali-kali untuk pengosongan tanah (Gambar 1.2).
Semua sampel harus diberi label yang jelas yang menunjukkan nama proyek, tanggal, lokasi, nomor lubang bor, kedalaman dan metode pengambilan sampel (Gambar 1.3).
Metode pengambilan sampel tanah dibagi dalam dua kategori utama yaitu tanah terganggu (disturbed sample) dan tanah tak terganggu (undistrubed sample).
Ø  Sampel tanah tak terganggu nantinya digunakan untuk pengujian kekuatan geser tanah dan konsolidasi. Sampel tak terganggu diperoleh dengan teknik-teknik tertentu dengan maksud mempertahankan kondisi struktur tanah dan kadar air di lapangan. Sampel tanah tak terganggu dapat diambil dengan tabung berdiameter kecil yang dipancangkan di bawah dasar lubang bor. Ketika tabung dibawa ke permukaan tanah, sedikit tanah di kedua ujung tabung dikupas lalu diberi lilin cair pada bekas kupasan tadi untuk mementuk suatu penyekat setebal 25 mm. Ujung­-ujung tabung tersebut lalu ditutup dengan pelindung. Perlu sangat berhati-hati, dalam penanganan, pengangkutan dan penyimpanan sampel tanah sebelum dilakukan pengujian (Gambar 1.4).
Ø  Sampel tanah terganggu memiliki distribusi ukuran partikel yang sama dengan asalnya namun kadar airnya telah berubah dan struktur tanahnya telah rusak. Sampel tanah terganggu yang terutama digunakan untuk pengujian klasifikasi tanah dan pemadatan tanah.
Setelah sebuah penyelidikan selesai dan hasil-hasil uji laboratorium telah tersedia, kondisi-kondisi tanah yang ditemukan dalam tiap lubang bor diringkaskan dalam sebuah bentuk log lubang bor seperti pada Gambar 1.5 dan 1.6. Informasi log tersebut harus dapat digunakan untuk menilai dengan cepat profil tanah (Gambar 1.7).

Deskripsi tanah merupakan bahasa standar untuk mendeskripsikan karakteristik material dan massa tanah di lapangan. Perbedaan mendasarnya dengan klasifikasi tanah adalah tanah ditempatkan dalam salah satu dari beberapa kelompok berdasarkan hanya pada karakteristik material saja. Klasifikasi tanah cukup penting dan berguna jika tanah yang ditinjau akan digunakan untuk material konstruksi seperti timbunan tanah.
Ø   Karakteristik material tanah dapat ditentukan dari sampel tanah terganggu yang memiliki distribusi partikel yang sama dengan kondisi lapangan namun keaslian struktur tanah di lapangan belum terjaga pada sampel tersebut. Karakteristik utama material adalah distribusi ukuran partikel dan plastisitas yang digunakan sebagai pedoman penamaan. Sedangkan karakteristik material yang sekunder adalah warna tanah dan bentuknya, tekstur, serta komposisi partikel tanah.
Ø   Karakteristik massa tanah idealnya ditentukan di lapangan, namun dalam beberapa kasus dapat dideteksi dengan memakai sampel tanah tak terganggu dimana sampel tanah terjaga sifat-sifat lapangannya. Deskripsi karakteristik massa meliputi taksiran kekerasan atau kekuatannya di lapangan, dan rincian tempat diskontuinitas serta pelapukan tanah tersebut.
Jenis-jenis dasar tanah berdasarkan rentang ukuran partikel adalah kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay). Campuran dari jenis-jenis tanah dasar disebut dengan jenis komposit dengan komponen yang paling dominan ditulis dengan huruf besar. Tanah termasuk jenis pasir atau kerikil jika lebih dari 65% materal tersebut berukuran pasir dan kerikil. Sedangkan tanah termasuk jenis tanah lanau atau lempung jika lebih dari 35% material tersebut berukuran lanau dan lempung. Contoh deskripsi tanah misalnya, LEMPUNG, keras, plastisitas tinggi, cokelat muda, mengandung batu disana-sini.
Jenis Tanah Komposit Berbutir Kasar
KERIKIL sedikit berpasir (Slightly sandy GRAVEL).                 sampai 5% pasir.
KERIKIL berpasir atau KERIKIL kepasiran (Sandy GRAVEL). 5% - 20% pasir.
KERIKIL sangat berpasir (Very sandy GRAVEL).                     pasir di atas 20%.
KERIKIL/PASIR (SAND and GRAVEL).                                    proporsi ± sama.

PASIR sangat berkerikil (Very gravelly SAND).                         kerikil di atas 20%.
PASIR berkerikil (Gravelly SAND).                                          5% - 20% kerikil.
PASIR sedikit berkerikil (Slightly gravelly SAND).                     sampai 5% kerikil.
PASIR (atau KERIKIL) sedikit berlanau.                             sampai 5% lanau.
PASIR (atau KERIKIL) berlanau atau                                  5% - 20% lanau.
PASIR (atau KERIKIL) kelanauan.
PASIR (atau KERIKIL) sangat berlanau.                             lanau di atas 20%.
PASIR (atau KERIKIL) sedikit berlempung.                        sampai 5% lempung.

PASIR (atau KERIKIL) berlempung atau                             5-20% lempung.
PASIR (atau KERIKIL) kelempungan.
PASIR (atau KERIKIL) sangat berlempung.                                    lempung di atas 20%.

Jika pada tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) terdapat proporsi material berbutir halus (lanau dan lempung) yang cukup besar, sangatlah penting diketahui apakah material halus tersebut plastis atau non-plastis (apakah tanah itu lebih dominan lempung atau lanaunya). Di lapangan, kohesi dan plastisitas tanah dapat ditaksir dengan prosedur yang cepat yang melibatkan keputusan subyektif yang didasarkan atas penampilan tanah dan rabaan pada tanah. Sejumlah kecil tanah yang partikel-partikel terbesarnya telah disingkirkan diremas-remas dengan tanah dan bila perlu ditambahkan air. Kohesi dapat ditentukan jika tanah, pada kadar air tertentu dapat dibentuk menjadi suatu massa tanah yang relatif keras.
Plastisitas tanah dapat dilihat jika tanah dapat diubah-ubah bentuknya tanpa terjadi retakan maupun remahan yaitu tanpa kehilangan kohesi. Jika butiran halus suatu tanah dikatakan memiliki kohesi dan plastisitas maka butiran tersebut bersifat plastis. Jika kohesi dan plastisitas tidak ada atau sangat lemah, maka butiran halus tersebut bersifat non-plastis.
Plastisitas tanah berbutir halus dapat ditaksir dengan pengujian kekuatan kering, kekerasan dan dilatansi. Partikel-partikel kasar harus disingkirkan terlebih dahulu kemudian satu contoh tanah diremas-remas di tangan. Untuk mendapatkan konsistensi yang diinginkan, bila perlu tanah di tambahkan air atau dibiarkan kering hingga tercapai konsistensi yang sedikit lebih besar dari batas plastis.
Ø   Uji Kekuatan Kering. Secuil tanah dengan ketebalan 6 mm dibiarkan kering secara alamiah ataupun dalam oven. Kekuatan tanah kering tersebut ditaksir dengan mematahkan dan meremas dengan jari-jari tangan. Lempung anorganik memiliki kekuatan kering yang relatif lebih besar, makin besar kekuatan keringnya maka makin tinggi batas carinya. Lempung anorganik dengan batas cair rendah memiliki kekuatan kering yang kecil sekali bahkan ada yang tidak memiliki kekuatan kering dan mudah sekali diremas-remas.
Ø   Uji Kekerasan. Sepotong kecil tanah digulung berbentuk benang di atas permukaan datar atau di atas telapak tangan, diremas lalu digulung lagi sampai mengering dan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil pada diameter 3 mm. Pada kondisi ini, lempung anorganik dengan batas cair tinggi cukup kaku dan keras, sementara yang batas carinya rendah lebih lembek dan lebih mudah hancur. Lanau anorganik menghasilkan benang-benang yang lembek dan lemah yang sulit dibentuk dan mudah patah dan hancur.
Ø   Uji Dilatansi. Secuil kecil tanah ditambahkan air seperlunya sehingga menjadi lembek tetapi tidak lengket, ditempatkan di atas telapak tangan terbuka (horizontal), telapak tangan digeser-geserkan di atas telapak tangan lainnya beberapa kali. Dilatansi ditunjukkan dengan munculnya lapisan air tipis yang bercahaya pada permukaan tanah. Jika tanah diperas dan ditekan dengan jari-jari tangan, permukaan tersebut menjadi suram dan tanah pun menjadi kaku dan tiba­tiba hancur. Reaksi-reaksi ini hanya terdapat pada material yang ukuran lanaunya lebih dominan dan untuk pasir yang sangat halus. Lempung plastis sama sekali tidak bereaksi pada pengujian ini.
Kekerasan atau kekuatan tanah di tempat dapat ditaksir dengan pengujian-pengujian yang dijelaskan berikut ini.

Jenis Tanah
Sifat
Uji Lapangan atau Indikasi
Pasir dan Kerikil
Lepas (Loose)
Dapat digali dengan sekop, pasak kayu 50 mm dapat ditancapkan dengan mudah.
Padat (Dense)
Dibutuhkan cangkul untuk menggali, pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan.
Sedikit terikat (Slightly cemented)
Pengujian secara visual, cangkul memindahkan gumpalan-gumpalan tanah yang dapat terkikis.
Lanau
Lepas (Uncompact)
Mudah diremas dengan jari.
Padat (Compact)
Dapat diremas dengan tekanan yang kuat pada jari-jari tangan.
Lempung
Sangat lunak
(Very soft)
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika
diperas.
Lunak (Soft)
Dapat diremas dengan mudah.
Sedang (Firm)
Dapat diremas dengan tekanan jari
yang kuat.
Kaku (Stiff)
Tidak dapat diremas dengan jari, dapat
ditekan dengan ibu jari.
Keras (Hard)
Dapat ditekan dengan kuku ibu jari.

1.2.       TUJUAN PRAKTIKUM
Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengambil sampel tanah dari berbagai kedalaman. Biasanya dilakukan di samping lubang sondir agar didapatkan korelasi antara kekuatan tanah dan jenis tanah yang dikandungnya.

1.3.       PERALATAN
1.        Iwan Auger
2.        Stang bor
3.        Pemutar stang bor
4.        Tabung sampel
5.        Stick aparat
6.        Kunci pipa
7.        Palu besar
8.        Kaleng/plastik (untuk penyimpanan sampel)
9.        Paraf in
10.    Kompor
11.    Pan
12.    Spoon

1.4.       PROSEDUR PENGUJIAN
1.        Bersihkan daerah di sekitar lubang yang akan dibor.
2.        Pasang auger pada stang bor, lalu pasang pemutarnya.
3.        Tekan auger kedalam tanah sambil putar, setelah sampel tanah mengisi auger sampai penuh (20cm) kemudian auger diangkat dengan hati-hati.
4.        Keluarkan sampel tanah dari dalam auger untuk dibuat deskripsi jenis tanah dan bahan-bahan yang dikandungnya. Simpan dalam kaleng/plastik dan diberi label yang memberikan keterangan nomor titik bor, kedalaman, tanggal pengeboran.
5.        Ulangi prosedur 3 dan 4 sampai tercapai kedalaman yang diinginkan. Sam pel tanah yang didapat adalah sampel tanah tidak asli (disturbed sample) dan hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.
6.        Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed sample) digunakan tabung sampel. Auger yang tadi digunakan sekarang diganti dengan tabung sampel yang telah disambung dengan stick aparat. Masukkan kedalam lubang yang telah dibentuk.
Bila tanahnya cukup lunak, tabung sampel ditekan perlahan-lahan sampai masuk sedalam 40 cm kemudian diputar satu kali untuk melepaskan/memotong sampel tanah pada dasar tabung kemudian diangkat.
Bila tanahnya cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan, gunakan palu untuk memukulnya, lakukan dengan cara perlahan-lahan.
7.        Setelah didapatkan sampel tanah asli dalan tabung, lepaskan stick aparat lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah kedua ujung tanah setebal 1 cm kemudian tutup dengan cairan parafin. Lakukan satu persatu pada waktu penutupnya dengan paraf in.
8.        Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman, bagian atas/bagian bawah, tanggal pengambilan sampel dan lain-lainnya dibagian luar tabung.
9.        Sampel tanah asli ini sebaiknya dimasukkan kembali kedalam peti pelindung terutama bila tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh.

1.5.       PERAWATAN
1.        Bersihkan mata bor dan stangnya setiap kali selesai dipakai lalu dilumuri dengan oli secukupnya untuk menghindari karat.
2.        Sebelum dipakai, tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya diberi pelumas sehingga tanah bias masuk maupun keluar dengan mudah.


1.6.       HASIL PRAKTIKUM



 

Lokasi Praktikum Boring


PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum boring yang dilakukan pada titik boring ,yaitu depan PKM Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, diketahui bahwa jenis tanah pada titik tersebut merupakan tanah lempung berbutir kasar  dengan plastisitas rendah. Tanah sample berwarna coklat muda dan mudah dibentuk, Tanah dengan kondisi tersebut terdapat pada semua sampel yang diambil (4 sampel) mulai dari kedalaman 0 cm sampai 80 cm.




PRAKTIKUM 2 :
UJI PENETRASI LAPANGAN DENGAN ALAT SONDIR


Sondir adalah salah satu alat pengujian tanah di lapangan (Gambar 2.1). Pengujian ini dimaksudkan untuk mem peroleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan yang selanjutntya digunakan untuk interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari analisis dan desain geoteknik.
Cara kerja alat ini adalah beban statik menekan alat penetrasi konus ganda (bikonus) dengan pembacaan perlawanan setiap kedalaman 20 cm (Gambar 2.2). Adapun yang dibaca pada manometer adalah :

·            Pembacaan pertama adalah nilai perlawanan konus (cone penetration
resistance) (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong dalam satuan kg/cm2.
·            Pembacaan kedua adalah nilai perlawanan geser diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong bersamaan sehingga yang dibaca adalah nilai perlawanan konus + nilai perlawanan geser (qc + fs) dalam satuan kg/cm2.
Cara perhitungan nilai qc, fs, Tf dan Rf adalah sebagai berikut,
Luas ujung cone (Ac) =10 cm2,
Luas selimut (bidang) geser yang diukur (As) = 100 s/d150 cm2.
Nilai perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As) dalam kg/cm2
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100 dalam prosentase.
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data, dalam kg/cm’.
Untuk penyajian data pada laporan dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan 2.4.


3.2.       TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan terhadap tekanan ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, serta perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.




3.3.       PERALATAN
Ø  Mesin sondir
Ø  Stang sondir
Ø  Mantle cone
Ø  Friction Cone
Ø  Jangkar spiral
Ø  Ambang penekan
Ø  Peralatan  penunjang

3.4.       PROSEDUR PENGUJIAN
1.         Bersihkan lokasi percobaan lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir (Gambar 2.5).
2.         Jepitlah rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir agak tegak lurus, dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu gunakan water pass untuk mengontrolnya.
3.         Bukalah baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer, lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4.         Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.
5.          Setelah oli yang lama habis, tetap terbuka. Isilah oli dari lubang pengisian sampai penuh, gerakan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup lubang kembali lubang pengisian tadi.
6.         Tutup salah satu kran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka, perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci), stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain pada sambungan-sambungan nepel, buat penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer yang lainnya.
7.         Pasang friction cone/mantle cone pada draad stang sondir berikut stang dalamnya. Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka sondir tepat dibawah ruang oli. Pasang kop penekan.
8.         Dorong treker, pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan pengukuran sudah siap dilakukan (Gambar 2.6).
9.         Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10.     Engkol pemutar kembali diputar sehingga patent friction cone/mantle cone masuk ke dalam tanah.
11.     Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol), engkol pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat. Buka kran yang menuju manometer 60 kg/cm² (Gambar 2.7).
12.     Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam tanah dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu akan menekan oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc) sedangkan friction cone akan mengatur tahanan ujung konus dan gesekan dinding terhadap tanah.
13.     Tekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
14.     Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran manometer tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan merusak manometer.
15.     Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi treker dipindahkan kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali sejarak 20 cm berikutnya dan ulang prosedur 12 sampai dengan 14.
16.     Setelah mencapai ke dalam 1 meter, stang sondir perlu ditambah. Caranya terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung. Gunakan kunci pipa untuk mengencangkannya (Gambar 2.8). Ulangi prosedur 8 sampai dengan 15.
17.     Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150 kg/cm²) penyelidikan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali dengan cara sebagai berikut :
·      Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
·      Tarik treker pada posisi lubang penuh.
·      Dorong treker pada posisi lubang terpotong.
·      Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir berikutnya terlihat.
·      Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya tidak jatuh.
·      Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
·      Ulangi prosedur ini stang sondir berikutnya.
18.     Percobaan sondir telah selesai dilakukan.

3.5.       PERAWATAN
1.                   Stang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan lumuri dengan oli secukupnya agar tidak berkarat.
2.      Friction cone/mantle cone yang telah dipakai juga harus segera dibersihkan. Setelah bersih dicoba digerak-gerakan, apakah terjadi kemacetan. Apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian alat tersebut dan rendam dalam minyak tanah lalu disikat dengan hati-hati. Lumuri dengan oli yang masih baru kemudian dirangkaian kembali sehingga gerakannya tidak ada yang terhambat lalu disimpan pada ruang tertutup.
3.                   Tambahkan stempet pada gigi penggerak mesin sondir bagian atas bila kondisinya sudah kering.
4.                   Lumasi seluruh bagian yang bergerak/bergesekan secara berkala.
5.                   Bila terjadi kebocoran oli, buka ruang oli dan periksa oli didalamnya. Bila oli seal tersebut sobek ganti dengan yang baru.

3.6.       HASIL PRAKTIKUM
HASIL PENGUJIAN SONDIR (CPT)







PROYEK        
: SONDIR TANAH



TITIK SONDIR
: S1




LOKASI          
: DEPAN PKM TEKNIK


TANGGAL
: 21 OKTOBER 2014


KEDALAMAN (m)
BACAAN qc (kg/cm2)
BACAAN qc + fs  (kg/cm2)
fs  (kg/cm2)
fs x 20 cm (kg/cm')   
Tf (kg/cm')
Rf                fs/qc (%)
0.00
0
0
0
0
0
0.0
0.20
10
30
2
40
40
20.00
0.40
50
100
5
100
140
10.00
0.60
80
112
3.2
64
204
4.00
0.80
78
114
3.6
72
276
4.62
1.00
63
120
5.7
114
390
9.05
1.20
76
113
3.7
74
464
4.87
1.40
98
134
3.6
72
536
3.67
1.60
130
160
3
60
596
2.31
1.80
120
260
14
280
876
11.67
2.00
250
265
1.5
30
906
0.60
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH UNNES


3.7.       PEMBAHASAN
Uji sondir ini digunakan untuk menguji penetrasi tanah atau digunakan untuk mengetahui perlawanan terhadap tekanan ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, serta perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.
Dari uji sondir ini didapatkan nilai cone penetration resistance (qc) dan perlawanan geser (qc + fs).

Perhitungan manual :
Luas ujung cone (Ac) =10 cm2,
Luas selimut (bidang) geser yang diukur (As) = 100.
Kedalaman 0,00 m
Nilai perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(0) – 0] x (10 / 100)
fs = 0
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 0/0x 100
Rf = 0
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data
Tf = 0
Kedalaman 0,40m
Nilai perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(100) – 50] x (10 / 100)
fs = 5 kg/cm2
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 5/50x 100
Rf = 10 %
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data
Tf = 100 kg/cm
Kedalaman 0,60m
Nilai perlawan geser (local frictional resistance) :
fs = [(qc + fs) – qc ] x (Ac / As)
fs = [(112) – 80] x (10 / 100)
fs =  3,2 kg/cm2
Angka banding geser (friction ratio) :
Rf = fs/qc x 100
Rf = 3,2/80x 100
Rf = 4 %
Geseran total (total friction) :
Tf = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data
Tf = 164 kg/cm
Dst….

Dari hasil praktikum sondir yang telah di lakukan kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Daya dukung tanah maksimal sebesar 250 kg/cm2 pada kedalaman 2,00 m dari permukaan.
2.      Nilai pergeseran total maksimal sebesar 866 kg/cm pada kedalaman 2,00 m.
3.      Nilai angka banding geser maksimal sebesar 11,67 % pada kedalaman 1,80 m, sedangkan untuk kedalaman 2.00 m nilai angka banding geser sebesar 0,60 %.
4.      Karakteristik tanah yang didapatkan dari hasil praktikum sondir adalah sebagai berikut:
a)   Berdasarkan CPT (Roberson et al., 1986)

KEDALAMAN (m)
BACAAN qc (kg/cm2)
Rf (%)
KARAKTERRISTIK TANAH
0.00
0
0.0
~
0.20
10
0.00
~
0.40
50
10.00
~
0.60
80
4.00
Clayey Silt to Silty Clay
0.80
78
4.62
Silty Clay to Clay
1.00
63
9.05
~
1.20
76
4.87
Silty Clay to Clay
1.40
98
3.67
Clayey Silt to Silty Clay
1.60
130
2.31
Silty Sand to Sandy Silt
1.80
120
11.67
~
2.00
250
0.60
Sand




b)     Berdasarkan CPT (Beggeman, 1965)
KEDALAMAN (m)
BACAAN qc (kg/cm2)
Rf (%)
KARAKTERRISTIK TANAH
0.00
0
0.0
~
0.20
10
0.00
~
0.40
50
10.00
~
0.60
80
4.00
Clay
0.80
78
4.62
Clay
1.00
63
9.05
~
1.20
76
4.87
Clay
1.40
98
3.67
Clay-Loam
1.60
130
2.31
Silty Sand
1.80
120
11.67
~
2.00
250
0.60
Sand and Gravel

Sumber Referensi :
Buku Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah, karya Joseph E. Bowles, tahun 1984
Buku Mekanika Tanah Cetakan ke-VI, karya L.D. Wesley, tahun 1977.



LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
Lokasi
: FT UNNES
Cuaca
: Cerah
Hari/tanggal
: 24 Oktober 2014
No. Titik
: 1
Jam
: 13.00
Kelompok
: 2
KEDALAMAN
SONDIR
PENGEBORAN
qc
qc + fs
Simbol
Jenis Tanah
Deskripsi
Sampel
M
kg/cm2
kg/cm2
0.0
0
0
Lempung
Berwarna coklat muda

0.2
10
30
0.4
50
100
0.6
80
112
0.8
78
114
1.0
63
120
1.2
76
113




1.4
98
134




1.6
130
160




1.8
120
260




2.0
260
265




2.2






2.4









Tidak ada komentar:

Posting Komentar