Admixture adalah bahan/material
selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton atau mortar
sebelum atau selama pengadukan. Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat
dan karakteristik beton. Suatu penggunaan yang tepat dari admixtures menawarkan
efek menguntungkan tertentu untuk beton, termasuk peningkatan mutu, percepatan atau
memperlambat setting time,dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan sulfat,
mengontrol peningkatan kekuatan, meningkatkan workability finishability.
Diperkirakan bahwa 80% dari beton yang diproduksi di Amerika Utara saat ini
mengandung satu atau lebih jenis admixtures.
Menurut sebuah survey oleh
National Association Ready Mix Beton, 39% dari semua produsen beton menggunakan
campuran fly ash, dan setidaknya 70% dari beton yang dihasilkan berisi a
water-reducer admixture. Admixtures sangat bervariasi dalam komposisi kimia, dan
banyak memiliki fungsi. Dua tipe dasar admixtures yang tersedia yaitu kimia
(chemical admixtures) dan mineral ( mineral admixtures). Semua admixtures yg
digunakan dalam konstruksi beton harus memenuhi spesifikasi; Pengujian harus
dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana admixtures akan mempengaruhi sifat
beton shg memenuhi persyaratan.
1.
Tujuan
penggunaan admixture pada beton adalah :
Beberapa tujuan yang penting dari penggunaan bahan
tambah ini menurut manual of concrete practice dalam admixtures and concrete (ACI.212.1R-8,
Revised 1986) antara lain:
a)
Memodifikasi
Beton Segar, Mortar dan Grouting
Ø Menambah sifat kemudahan
pekerjaan tanpa menambah air atau mengurangi kandungan air dengan sifat
pengerjaan yang sama.
Ø Menghambat atau
mempercepat waktu peningkatan awal dari campuran beton.
Ø Mengurangi atau mencegah
secara preventif penurunan atau perubahan volume beton.
Ø Mengurangi segregasi.
Ø Mengembangkan dan
meningkatkan sifat penetrai dan pemompaan beton segar.
Ø Mengurangi kehilangan
nilai slump.
b)
Memodifikasi
Beton Keras, Mortar dan Grouting
Ø Menghambat atau
mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
Ø Mempercepat laju
pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
Ø Menambah kekuatan beton
(kuat tekan, kuat lentur atau kuat geser dari beton).
Ø Menambah sifat keawetan
beton atau ketahanan dari gangguan luar termasuk serangan garam – garam sulfat.
Ø Mengurangi kapilaritas
dari air.
Ø Mengurangi sifat
permeabilitas.
Ø Mengontrol pengembangan
yang disebabkan oleh reaksi dari alkali termasuk alkali dalam agregat.
Ø Menghasilkan struktur
beton yang baik.
Ø Menambah kekuatan ikatan
beton bertulang.
Ø Mengembangkan ketahanan
gaya impact (berulang) dan ketahanan abrasi.
Ø Mencegah korosi yang
terjadi pada baja (embedded metal).
Ø Menghailkan warna
tertentu pada beton atau mortar.
2.
Aspek
ekonomi penggunaan bahan tambah
Penambahan
bahan atambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi
yang besar dari bahan yang lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini
cenderung merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton itu
sendiri. Karena
tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton
atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam
berat – volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal
beton tanpa bahan tambah. Penambahan biaya mungkin baru bisa terasa efeknya
pada saat pengadaan bahan tambah tersebut yang meliputi biaya transportasi, penempatannya
dilapangan dan biaya diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi perhatian
dalam aspek ekonominya.
3.
Perhatian
penting dalam penggunaaan bahan tambah
Penggunaan
bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan dengan standar
yang berlaku seperti SNI, ASTM, atau ACI. Selain itu, yang terpenting adalah
memperhatikan petunjuk dalam manualnya jika menggunkaan bahan ”paten” yang
diperdagangkan.
Beberapa
evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan tambah:
a)
Penggunaan semen dengan tipe yang khusus
b) Penggunaan satu atau
lebih bahan tambah
c) Petunjuk umum mengenai penggunaan atau temperatur
yang diijinkan pada saat pengadukan dan pengecoran
Selanjutnya hal yang
menjadi perhatian adalah:
a) Penggantian tipe semen atau sumber dari semen
atau jumlah dari semen yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau proporsi
campuran yang diharapkan
b) Banyak bahan tambah mengubah lebih dari satu
sifat beton, sehingga kadang – kadang justru merugikan
c) Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah
karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama
pengadukan.
4.
Jenis-jenis
admixture
Secara
umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral
(additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture). Bahan tambah
admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan
bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture
biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau
untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah
additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan
perbaikan kinerja kekuatannya.
1)
Bahan
Tambah Kimia
Menurut standar ASTM.
C.494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton
1989:29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada
dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja
yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam
racikan beton sesuai dengan pemilihamn proporsi betonnya (PB, 1989:12). Jenis
dan definisi bahan tambah kimia ini sebagai berikut:
a)
Tipe
A : Water Reducing Admixture (WRA)
Water Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu. Water Reducing Admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau rasio faktor air semen (wer) yang rendah. Atau dengan tidak
mengubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka
nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi, dengan mengubah kadar semen
tetapi tidak mengubah faktor air semen dan slump. Pada kasusu pertama dengan
mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan
tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air semen yang rendah akan
meningkatkan kekuatan beton. Pada kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang
didaptkan akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu
penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimasukkan untuk
mengurangi biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (marther, Bryant.,
1994:494-495). Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organik
ataupun campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau
dengan udara dalam hal mengurangi kandungariair campuran. Selain itu bahan
tambah ini dapat digunakan untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau
mortar sebagai dampak perubahan faktor air semen. Komposisi dari campuran bahan
tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan
kandungan garam-garam.
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan
garamnya.
5. Material lain seperti:
·
Material
inorganik seperti seng, garam-garam, barak, posfat, klorida.
·
Asam
amino dan turunannya,
·
Karbonhidrat,
polisakarin dan gula asam.
·
Campuran
polimer, seperti eter, turunan melamic, naptan, silikon, hidrokarbon-sulfat.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang dibutuhkan,
kandungan air, konsistensi, bleeding dan kehilangan air pada saat beton segar, laju
pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume,
susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi penting untuk
melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan tambah
tersebut.
Hal lain juga dimaksudkan Dengan menggunakan
jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
a.
Hanya
menambah/meningkatkan workability. Dengan menambahkan WRA ke dalam beton maka
dengan fas (kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai
slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi, maka beton segar akan
lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak
dikurangi dan workability meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton
keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
b.
Menambah
kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi,
jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton
dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dari beberapa hasil penelitian ternyata
dengan fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton
meningkat.
c.
Mengurangi
biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah semen serta air,
maka akan diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA
dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton
lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang
lebih sedikit.
b)
Tipe
B : Retarding Admixture
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda waktu
pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang
waktu untuk pemadatan untuk menghindari col joints dan menghindari dampak
penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
c)
Tipe
C : Accelerating Admixtures
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang bermngsi
untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini
digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian
kekuatan pada beton. Accelerating Admixtures yang paling terkenal adalah
kalsium klorida. Bahan kimia lain yang berfungsi sebagai pemercepat antara lain
adalah senyawa-senyawa garam seperti klorida, bromida, karbonat, silikat dan terkadang
senyawa organik lainnya seperti tri-etanolamin. Perlu ditekankan bahwa kalsium
klorida jangan digunakan jika korosi progresif dari tulangan bajadapat terjadi.
Dosis maksimum adalah 2 dari berat semen yang digunakan.
Penggunaan bahan tambah pemercepat laju pengerasan harus
didasarkan atas pertimbangan ekonomi dengan membandingkan pada penggunaan bahan
tambah lain seperti, bandingkan dengan penggunaan semen Tipe III, penggunaan semen
yang lebih banyak, penggunaan metode perawatan dan proteksi yang berbeda,
penggunaan bahan air dan agregat yang panas. Secara umum, kelompok bahan tambah
ini dibagi menjadi tiga: (1). Larutan garam organik, (2). Larutan campuran
organik, (3). Material miscellaneous.
d)
Tipe
D : Water Reducing and Retarding Addmixture
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat
pengikatan awal.
Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang
air dan pengontrol pengeringan (Water Reducing Admixture). Bahan ini digunakan
untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen
yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya
berwujud cair.
Air yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi
bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam perencanaan air ini hams ditambahkan
sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa
perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen,
harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak
berubah.
e)
Tipe
E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilan beton yang konsistensinya tertentu dan mepercepat
pengikatan awal.
Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan
ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan
kandungan air artinya FAS yang digunakan tetap dengan mengurangi kadar air.
Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan ini akan
menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam campuran perencanaan air
ini harus di tambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu
ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan
kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah Pemercepat waktu
pengikatan didalam bahan tambah kimia ini untuk mempercepat sehingga untuk
beton yang menggunakan bahan tambah ini akan dihasilkan waktu pengikatan cepat dan
kadar air yang rendah dalam FAS. Kondisi yang dikehendaki adalah kuat tekan
beton yang tinggi tetapi kecepatan pengikatan yang dinginkan dapat lebih
tinggi.
f)
Tipe
F : High Range Water Reducing (HRWR)
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%
atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga
diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit,
tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Jenis bahan tambah ini
dapat berupa superplasticizer. Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia.tambahan
yang baru, dan disebut sebagai "bahan tambahan kimia pengurang air".
Tiga jenis plastisizer yang dikenaladalah (1). kondensi sulfonat melamin
formadehid dengan kandungan klorida sebesar 0.005%, (2). sulfonat nafthalin
formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan dan (3). Modifikasi lignosulfonat
tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan tambahan tersebut dibuat dari
sulfonat organik dan disebut superplastisizer, karena dapat mengurangi
pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 8 inch (208
mm) atau lebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen.
Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.
g)
Tipe
G : High Range Water Reducing (HRWR) and Retarding
High Range Water Reducing (HRWR) and Retarding adalah
bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%
atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan
gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya
digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang
mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.
2)
Jenis-jenis
bahan tambah mineral (Additive)
Jenis
bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang
kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah
bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah
additive yang berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan additive biasanya
dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton
dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang
termasuk jenis additive adalah : puzzollan, fly ash, slag dan silica fume.
Adapun
keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :
a.
Memperbaiki
workability beton
b.
Mengurangi
panas hidrasi
c.
Mengurangi
biaya pekerjaan beton
d.
Mempertinggi
daya tahan terhadap serangan sulfat
e.
Mempertinggi
daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
f.
Menambah
keawetan (durabilitas) beton
g.
Meningkatkan
kuat tekan beton
h.
Meningkatkan
usia pakai beton
i.
Mengurangi
penyusutan
j.
Membuat
beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)
a) Abu Terbang Batu Bara
Menurut ASTM C.618 (ASTM,
1995:304) abu terbang (flyash)didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu
pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedalkan menjadi dua,
yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit
atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara
jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur
(lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum
dalam Tabel 5 1 (ASTM C.618-95:305).
Tabel
1.1. Kandungan
Kimia Fly Ash
Senyawa
Kimia
|
Jenis
F
|
Jenis
C
|
OksidaSilika(SiO2)+OksidaAlumina(Al2O3)+
Oksida
Besi (Fe2O3), minimum %
|
70.0
|
50.0
|
Trioksida
Sulfur (SO3), maksimum %
|
5.0
|
5.0
|
Kadar
Air, maksimum %
|
3.0
|
3.0
|
Kehilangan
Panas, maksimum %
|
6.0^
|
6.0
|
^
Penggunaan smapai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja
atau
hasi test laboratotium meunjukkan demikian.
|
b) Slag
Slag merupakan hasil
residu pembakaran tanur tinggi.Definisi slag dalam ASTM. C.989, "Standard
spesification for ground granulated Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar",
(ASTM, 1995: 494) adalah produk non-metal yangmerupakan material berbentuk halus,
granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan
mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan
slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Lewis, 1982).
1. Mempertinggi kekuatan
tekan beton karena kecenderungan melambatnya kenaikan kekuatan tekan.
2. Menaikkan ratio antara
kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi
kekuatan tekan beton.
4. Mempertinggi ketahanan
terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan
alkah-silika.
6. Mengurangi panas
hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Memperbaiki penyelesaian
akhir dan memberi wama cerah pada beton.
8. Mempertinggi keawetan
karena pengaruh perubahan volume.
9. Mengurangi porositas
dan serangan klorida.
Faktor-faktor untuk
menentukan sifat penyemenan (cementious) dalam slag adalah komposisi kimia,
konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan,
dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung (Cain, 1994:
505).
c) Silika Fume
Menurut standar
"Spesificationfor Silica Fume for Use in Hydraulic Cemen Concrete and
Mortar" (ASTM.C. 1240,1995: 637-642) silica fume adalah material pozzollan
yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi
atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal sebagai gabungan
antara microsilika dengan silika fume).
Penggunaan silica fume
dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan
yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom
struktur atau dinding; geser, pre-cast atau beton prategang dan beberapa
keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja tinggi saat ini sekitar
50-70 MPa untuk umur 28 hari.Penggunaan silica fume berkisar antara 0 – 30%
untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor semen
sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa bahan superplastisizer dan nilai slump
50 mm (Yogendran, et al, 1987:124-129).
Tabel
1.2.
Komposisi Kimia Silica Fume
Kimia
|
Berat
dalam persen
|
SiO2
Karbon
Fe2
O3
CaO
Al2O3
MgO
MnO
K2O
Na2O
|
92-94
3-5
0.10-0.50
0.10-0.15
0.20
- 0.30
0.10-0.20
0.008
0.10
0.10
|
Fisika
|
Berat
dalam Persen
|
Berat
Jenis
Rata-rata
ukuran partikel, u.m,
Lolos
ayakan No.325 dala,
Keasaman
pH (10 air dalam slurry)
|
2.02
0.1
99.00
7.3
|
Sumbe: Yogendran., et al., ACI Material Journal,
Maret/April, 1987:125
d) Peghalus Gradasi (finely divided mineral
admixture)
Bahan ini berupa mineral
yang dipakai untuk memperhalus perbedaan-perbedaan pada campuran beton dengan
memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat
dipergunakan untuk menaikan mum dari beton yang akan dibuat. Kegunaan lainnya
adalah untuk mengurangi permeabilitas atau expansi dan juga mengurangi biaya
produksi beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash,
dan pozollan alam yang sudah menjadi kapur atau mentah.
3)
Bahan
Tambah Lainnya
a.
Air
Entraining
Bahan
tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih
kecil di dalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud mempermudah
pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambahkan ketahanan awal pada beton.
Hampir semua bahan air entraining admixture berwujud cair, tetapi ada yang
berbentuk serbuk, lapisan-lapisan atau gumpalan. Banyaknya bahan tambahan yang
diperlukan untuk memperoleh gelembung udara ini tergantung pada bentuk dan
gradasi agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran agregat, semakin besar persentase
bahan tambah yag diperlukan. Persentase ini dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor lain seperti jenis dan kondisi pencampur, apakah memakai fly-ash ataukah
pozollan lain, juga derajat agitasi campuran. Penambahan udara ini dapat mengurangi
kekuatan udara, tetapi dengan mempertahankan kandungan semen dan kemudahan kerja,
pengurangan kekuatan ini dapat dicegah karena faktor air semennya berkurang.
b.
Beton
Tanpa Slump
Beton
tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inch
(25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tambah ini
tergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi, seperti sifat
plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku-cair, kekuatan
dan harga dari beton tersebut.
c.
Polimer
Ini
adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan kekuatan tekan
beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000 psi = 6,9 MPa) atau lebih, dan
kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. Beton dengan kekuatan
tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara (1). memodifikasi
sifat beton dengan mengurangi air di lapangan atau (2). menjenuhkan dan
memancarkannya pada temperatur yang sangat tinggi di laboratorium. Beton dengan
modifikasi polimer (PMC=Polimer Modified Concrete) adalah beton yang ditambah
resin dan pengeras sebagai bahan tambahan. Prinsipnya adalah menggantikan air
pencampur dengan polimer sehingga dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan
mempunyai mutu yang baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3
sampai 0.45 dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.
d.
Bahan
Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Beton (hardener concrete)
Permukaan
beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup serta selalu dalam
keadaan berputar atau berpindahpindah, seperti lantai untuk bengkel-bengkel
alat alat berat (heavy equiment), dan lainnya. Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan
pada permukaan beton, yang seiring dengan bertambahnya waktu akan menyebabkan
rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini dapat digunakan
dua jenis bahan untuk mengeraskan permukaan beton. Yaitu (1) agregat beton
terbuat dari bahan kimia, dan (2) agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran
yang halus. Untuk memperkeras permukaan beton, harus dipilih salah satu dari
bahan pengeras tersebut dan kemudian ditambahkan kedalam campuran beton saat
pengeijaan beton berlangsung.
e.
Bahan
Pembantu Kedap Air
Jika
beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah (misalnya
beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka beton tersebut tidak boleh
mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan
yang dapat digunakan adalah bahan yang mempunyai partikel-partikel halus dan
gradasi yang menerus dalam campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan
mengurangi permeabilitas air.
f.
Bahan
Tambah Pemberi Warna
Beton
yang diexpose permukaannya biasanya memerlukan keindahan. Bahan yang digunakan
untuk memberi wama pada permukaan beton ini cat (coating), yang dilapiskan
setelah pengerjaan beton selesai. Cara lainnya adalah menambahkan bahan wama, misalnya
oker atau umber (pewama coklat), kedalam permukaan beton selagi beton masih
segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam suatu adukan yang mutunya
terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik. Selain itu dapat pemberian
wama dapat pula dilakukan dengan cara menaburkan pasir silika atau agregat
metalik selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar.
g.
Bahan
Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama Dengan Beton Baru (bonding agent for
concrete)
Penuangan
beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan dalam
pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu bahan
tambah agar terjadi ikatan yang menyatu antara permukaan yang lama dengan permukaan
yang baru jenis bahan tambah tersebut biasnya di sebut bonding agent yang
merupakan larutan polimer.
5. Bahan tambah kimia menurut draft pedoman beton
1989
a) Syarat Umum Mutu Bahan Tambah
1. Beton yang
pembuatannya menggunakan jenis-jenis bahan tambah yang disebutkan di atas,
harus memenuhi persyaratan fisika seperti yang termuat dalam ASTM C.494,
Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete.
2. Atas pennintaan
pembeli/pemakai, produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan
yang disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama dalam segala halnya
dengan bahan yang diujikan untuk memenuhi persyaratan mutu.
3. Atas permintaan
pembeli/pemakai, produsen bahan tambah yang akan dipakai untuk beton pra-tekan
hams menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah tersebut
dan bahwa kadar klorida sudah ditambahkan selama pembuatannya.
b) Keseragaman dan Kesamaan (Komposisi)
Apabila
ditentukan oleh pembeli/pemakai bahwa perlu dilakukan uji teseragaman terhadap
jumlah bahan tambah, maka uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Ø Pengujian dilakukan
terhadap contoh awal (initial sample) dan hasil uji dijadikan referensi untuk
membandingkan hasil-hasil uji atas contoh yang diambil dari sembarang kumpulan
bahan (lot).
Ø Analisis infra-red, hasil
spektra absorbsi sejauh mungkin harus sama antara contoh awal dengan contoh
dari suatu lot.
Ø Residu pengeringan di
dalam oven, bila diuji dengan cara dan ketentuan dalam ASTM C.494, variasinya
antara nilai contoh awal dengan contoh yang diambil dari lot harus berada pada batas
variasi di mana 5% untuk bahan tambah cair dan 4% untuk bahan tambah non cair.
Ø Berat jenis untuk bahan
tambah cair perbedaan untuk contoh awal dengan air suling dan dengan contoh
dari lot tidak boleh lebih besar dari 10%.
6. Tujuan penggunaan bahan tambah (Additive) untuk
campuran pada beton.
Berdasarkan tujuan yang
diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia diantaranya yaitu :
1)
Water
Reduction ( Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
Hal
ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai FAS tetap,tapi didaptkan
adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan
yang lebih tinggi dengan tidak mengurangi kekentalannya atau diperoleh beton
dengan kuat tekan yang sama tapi adukan dimuat menjadi lebih encer agar lebih
memudahkan dalam penuangan.
2) Retarder ( Zat kimia untuk
memperlambat proses ikatan campuran beton)
Biasanya
dipergunakan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses
pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur
sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam,maka perlu ditambahkan zat
kimia ini.
3) Accelerators ( Zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan
campuran beton)
Dipergunakan
untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton,pencampuran beton dilakukan
ditempat atau dekat dengan penuangannya.
7. Pemakaian
admixture dalam beton
Admixture atau bahan
tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menambah
sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya hanya sebagai bahan
penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat membuat beton yang
buruk menjadi baik.
Ada beberapa pertimbangan
di dalam pemakaian admixture pada beton, yaitu (Samekto W, et.al, 2001):
a.
Jangan
menggunakan admixture bila tidak tahu tujuannya.
b.
Admixture
tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik
c.
Suatu
admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton
d.
Pengawasan
terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas pengaruhnya pada
beton.