Selasa, 24 Juni 2014

belajar dengan teknologi


Tugas 6
Judul :  Learning with technology – evidence that               technology can, and does, support learning
 PenulisJames M. Marshall, Ph. D

D
alam sebuah penelitian, baik historis dan kontemporer, menunjukkan bahwa instruksi berbasis teknologi dapat dan tidak menghasilkan pembelajaran. Saksi contoh-contoh dari televisi, multimedia, dan teknologi komputer memberikan contoh untuk mendukung pembelajaran.
Dalam dunia sekarang ini, kita dapat mengetahui sesuatu yang baru. Merupakan hasil dari Teknologi yang mempunyai keunggulan dalam proses dan keunggulan kompetitif dalam hal kecepatan di mana kita mengakses apa yang baru.
Dengan cara ini, teknologi membawa  untuk mengakses informasi, untuk menciptakan lingkungan berbasis teknologi kaya di mana siswa mengalami hal-hal baru dan menantang, dan untuk menghubungkan siswa dengan orang-orang baru dan berbeda, tempat, dan hal-hal yang lain. Teknologi dapat membawa kita ke tempat-tempat yang kita belum pernah lihatat.Teknologi dapat menghubungkan kita dengan orang-orang di seluruh dunia yang menawarkan perspektif dan pengalaman yang berbeda. Ini akan menghasilkan  banyak pembelajaran.
Teknologi adalah segala sesuatu yang memperluas kemampuan manusia. Istilah



teknologi pendidikan sering mengingatkan hard teknologi yang nyata barang - digunakan untuk mengajar dan konten presentasi - dengan kata lain, medium. Dari ilustrasi-tions grafis sederhana dan proyektor untuk film dan filmstrip sama, ke yang lebih rumit komputer-surfing internet, alat ini sangat penting untuk persamaan teknologi pendidikan.
Teknologi Perang Dunia II menyodorkan Pendidikan Maju
Dengan Perang Dunia II datang kemajuan signifikan dalam pengeluaran teknologi. Dan di perang Dunia ke dua banyak yang menggunakan teknologi sebagai senjata.
Dari Instructional Television Televisi Pendidikan
Dengan 1950 datang peningkatan minat televisi sebagai alat untuk belajar. Dua faktor yang mempengaruhi kenaikan ini: (1) kelahiran stasiun televisi pendidikan dan (2) dana yang signifikan untuk televisi pendidikan yang disediakan oleh Ford Foundation.
Komputer pribadi
Salah satu yang paling signifikan kedepannya dalam teknologi bidang pendidikan adalah harus bisa mengembangkan komputer mikro atau komputer pribadi saat ini. Lebih murah dan lebih kecil dari komputer lain, komputer pribadi masih bisa melakukan sebagian besar operasi instruksi utama mereka.
Persaingan kelas Komputer yang digunakan
Sistem Pembelajaran Terpadu tahun 1970-an dan 1980-an dinilai saat siswa kinerjanya dan kemudian disajikan pelajaran berbasis komputer disesuaikan dengan tingkat masing-masing siswa kinerja. Sebagai mahasiswa, komputer disesuaikan kesulitan pelajaran. Sistem ini secara langsung ditujukan perlawanan guru untuk menggunakan hanya dengan mengeluarkan guru dari persamaan.
Datangnya Internet
Kedatangan Internet pada 1990-an menambahkan keinginan untuk dorongan bagi guru untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas. Dengan Internet datang dalam jumlah terbatas konten dan tuntutan baru pada guru. Jika guru yang menggunakan Internet untuk belajar, mereka perlu mengambil peran aktif dalam mengorganisir berbasis teknologi pembelajaran, bukan hanya duduk kembali dan membiarkan pengguna komputer perangkat lunak pendidikan menghibur. Guru diperlukan untuk mengakses dan mengevaluasi konten, dan kemudian merancang kegiatan pembelajaran yang terintegrasi konten internet dengan tujuan pembelajaran di kelas. Saat ini, teknologi pendidikan adalah suatu yang sangat diharapkan, dan sering menuntut, komponen kelas modern. Hubungan antara guru, siswa, dan teknologi adalah salah satu yang melihat kesuksesan dan kegagalan.
Munculnya Internet, seperti keberhasilan film pendidikan nasional selama Perang Dunia II, telah mendorong kita untuk memfokuskan kembali pertanyaan tentang isi yang disampaikan oleh teknologi. Ringkasan
Sejarah teknologi pendidikan kaya dengan contoh-contoh pengembangan teknologi dan konten yang memberikan. Penilaian awal potensi ditempatkan harapan yang tinggi pada teknologi pendidikan. Thomas Edison meramalkan buku akan menjadi usang di sekolah-sekolah dan film akan menjadi media mengajar-ing disukai.
Dasar Biologi Pembelajaran
Seperti kita saat belajar sesuatu yang baru, beberapa sel-sel otak(secara spesifik, neuron tumbuh dengan cara dendritik percabangan. Hal ini menyebabkan sel-sel otak membuat lebih banyak koneksi. Jensen lebih lanjut menjelaskan proses ini, yang dikenal sebagai plastisitas otak.
Koneksi ini, atau jaringan saraf, menjadi lebih kuat semakin sering mereka digunakan. Hanneke Van Mier dan Steve Peterson, peneliti di Washington University School of Medicine, menemukan bukti dari fenomena ini di scan pencitraan fungsional otak. Gambar time-lapse mengungkapkan bahwa sementara banyak area otak menyala ketika melakukan tugas baru, otak menyala kurang dan digunakan kurang baik tugas yang dipelajari.
Teknologi dapat menciptakan lingkungan belajar yang dukungan-port pembuatan asosiasi dengan menyediakan akses ke tantangan baru, konteks, dan informasi. Teknologi, melalui suara, teks, dan gambar, memungkinkan pengguna untuk pengalaman orang, tempat, dan hal-hal yang mungkin lain-bijaksana mungkin di beberapa media absence.
Bersama-sama, dapat menciptakan lingkungan yang kaya kondusif untuk akuisisi pengetahuan. Salah satu strategi adalah penggunaan cerita untuk perancah akuisisi pengetahuan baru.
Multiple Intelligences
Sumber untuk menciptakan lingkungan belajar yang diperkaya tak terbatas. Kita dapat menarik dari membaca dan bahasa, olahraga dan latihan fisik, berpikir dan pemecahan masalah, dan musik dan seni, serta immedi-makan kami lingkungan
Kebanyakan buku teks tradisional pendekatan untuk mengajar mata pelajaran tertentu mendukung pendekatan linguistik atau narasi. Pendekatan seperti itu akan gagal untuk menjangkau mereka yang dapat merespon lebih baik untuk penggambaran artistik atau naturalistik dari topik. Di samping itu, juga gagal untuk mengembangkan hubungan-hubungan saraf lainnya dan jalur dan lebih meningkatkan kecerdasan mereka.
Belajar dengan Teknologi Pendidikan
Pendidikan adalah apa yang tersisa ketika apa yang telah dipelajari telah dilupakan.
Bukti Belajar Komputer
Dimulai pada tahun 1985 dan menyimpulkan pada tahun 1998, Apple Classrooms of Tomorrow (ACOT) adalah upaya kolaborasi antara sekolah umum, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan Apple Computer,
Setelah mempelajari lebih dari 30 guru dan 650 siswa ACOT di lima lokasi 1986-1989, ACOT peneliti Dwyer, Ringstaff, dan Sandholtz, 1990; Ringstaff, Sandholtz, dan Dwyer, 1991 menunjukkan bahwa menyediakan akses langsung ke teknologi di dalam kelas secara substansial mengubah cara guru mengajar dan siswa belajar.
Mengajar dengan Teknologi
Guru sangat positif tentang dampak televisi dan video yang telah mengajar mereka. Sembilan puluh dua persen mengatakan bahwa televisi dan video membantu mereka mengajar lebih efektif, dan 88 persen menemukan bahwa ini tech-nologies memungkinkan mereka untuk lebih kreatif dalam mengajar mereka
Guru juga positif tentang dampak dari expe-rience pada siswa mereka. Tujuh puluh lima persen dari para guru melaporkan bahwa dampak paling menonjol dari tele-visi dan video yang digunakan adalah bahwa siswa memahami dan mendiskusikan isi dan ide-ide
Munculnya komputer telah memaksa saya untuk menggunakan televisi dan video yang lebih konstruktif.
menonton program televisi Clues biru memiliki efek yang kuat pada pengembangan pemikiran pemirsa prasekolah 'fleksibel, pemecahan masalah, dan perilaku prososial ketika mereka com-dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menonton program. Penggunaan teknologi pendidikan menyumbang setidaknya 11 persen dari total varians dalam skor memperoleh keterampilan dasar prestasi siswa kelas lima, yang diukur dalam 10 tahun di seluruh negara bagian Virginia Barat.
Membayangkan koneksi internet broadband
sebagai lemak "pipa" untuk konektivitas Internet. Menyamakan perbedaan antara broadband dan layanan dial-up dengan perbedaan antara selang kebakaran dan selang taman. Maka mudah untuk teknologi broadband imag-ine jumlah tercatat jauh lebih besar dari suara, video, dan data melalui Internet secara cepat dan efisien.
Pengenalan teknologi broadband ke sekolah membawa layanan Internet yang disampaikan pada kecepatan kilat-cepat dan membuka kelas baru Internet applica-tions. Aplikasi ini meliputi videoconference, e-mail dengan audio dan video komponen, game online yang canggih, dan aplikasi distance-learning.
Akses broadband sekolah ke Internet telah sangat memperluas, sebagian besar sebagai akibat dari "E-Rate" diskon, dibuat sebagai bagian dari UU Telekomunikasi tahun 1996. Pada tahun 2000, sekolah cenderung menggunakan lebih cepat dedicated-line dan broadband Internet koneksi. Tujuh puluh tujuh persen dari sekolah umum bangsa yang terhubung ke Internet menggunakan jalur khusus, dan 24 persen menggunakan jenis terus menerus koneksi broad-band (Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan 2001, Mei). Hal ini dibandingkan dengan tahun 1996, ketika hampir 75 persen sekolah umum digunakan koneksi Internet dial-up.
Jumlah koneksi di sekolah juga semakin meningkat-ing. Sebelumnya, sebuah "terhubung" sekolah mungkin memiliki jalur akses Internet tunggal, sering di kantor sekolah. Saat ini, lebih dari 82 persen sekolah nasional memiliki akses internet di satu atau lebih ruang kelas. Bahkan, jumlah konektivitas di sekolah-sekolah tertentu bahkan lebih menggembirakan: rata-rata, 80 persen dari ruang kelas yang terhubung ke Internet.
Di masa depan, ruang kelas dan sekolah akan terus berkembang dalam jenis dan jumlah teknologi yang tersedia, dan guru akan ditantang bahkan lebih untuk
tepat mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum mereka. Akses internet broadband meningkat dan ditingkatkan komputer di sekolah-sekolah akan meningkatkan penggunaan technolo-gies yang menggabungkan video dan komputer desktop, seperti webcast, videoconference, pembuatan film digital, dan digitalTV. Komputasi genggam dan nirkabel technolo-gies juga telah membuat masuk ke dalam kelas. Sudah, sejumlah kecil sekolah dan ruang kelas mulai memasuki teknologi yang lebih baru. Di bawah ini, kita secara singkat menyoroti dan meninjau beberapa teknologi baru dan membayangkan kontribusi mereka untuk belajar.
Webcast
Video streaming dan audio ditransmisikan dari server
dan dilihat pada desktop sering disebut sebagai webcast. Internet broadband atau teknologi (misalnya, plug-in perangkat lunak, seperti RealPlayer atau QuickTime) memungkinkan pengguna untuk melihat video dari nya desk-top. Webcast hidup dan diarsipkan memberikan K-12 siswa dengan kesempatan untuk melampaui dinding kelas. Salah satu contoh adalah Apple Learning Interchange ke QuickTime TV untuk Belajar http://www.apple.com/ education/LTReview/fall97/main2/default.html), di mana siswa dapat melihat video bawah air dari kapal karam, webcast langsung dari Houston Space Center, atau video belajar pada Tyrannosaurus rex.
Video conferencing
Videoconferencing tersedia pada desktop bisa guru pro-vide dan siswa dengan kesempatan untuk antar-tindakan dengan orang lain dipisahkan oleh jarak fisik dengan menggunakan real-time video dan audio. Karena semakin banyak sekolah mendapatkan koneksi broad-band ke Internet, komputer videoconfer-encing menggunakan koneksi berbasis internet menjadi semakin tersedia. Global Schoolhouse adalah seorang pionir dalam upaya ini menggunakan CU-SeeMe untuk menghubungkan siswa dan sekolah dari berbagai negara dan cul-membangun struktur.
Pembuatan Film Digital
Meskipun camcorder dan video presentasi telah lama menemukan cara mereka ke proyek-proyek sekolah, digital cam-Corders dan video editing desktop komputer telah membuat siswa mengontrol proses yang lebih mudah. Penggunaan video digital adalah cara yang ampuh untuk memotivasi siswa, dan, yang lebih penting, siswa menunjukkan kemampuan berpikir tingkat yang lebih tinggi ketika memproduksi klip video digital. Sebuah video mungkin format yang ideal untuk produk puncak dari pengalaman belajar berbasis proyek. Format dapat mencakup siaran video, dokumenter, infomersial, atau klip video untuk halaman Web atau multi-media presentasi.
TV Digital
TV digital menggunakan teknologi revolusioner yang sangat berbeda dari sistem analog saat ini dan menyajikan janji besar untuk lebih memperkaya kelas. Dibangun lebih seperti komputer biasa dari televisi tradisional, satu set digital banyak lebih mirip film-film layar lebar yang terlihat di bioskop. Menggunakan teknologi digital, penyiaran dapat mengirim tambahan "disempurnakan" dengan materi di televisi pro-gram, yang memungkinkan pemirsa untuk berinteraksi dengan program dengan langkah mereka sendiri..
Handheld Teknologi
Komputer laptop memberikan kesempatan pertama untuk memperpanjang kurikulum sekolah berbasis komputer dari ruang kelas ke rumah. Meskipun biaya, sejumlah kabupaten dan sekolah melakukan upaya untuk menempatkan laptop dengan setiap siswa pada 1990-an. Dengan munculnya personal digital assistant (PDA) dan genggam tech-nologies, kabupaten menemukan cara yang lebih terjangkau untuk melakukan hal ini. Di Sekolah Menengah Lessenger di Detroit, Michigan (http://www.palm.com/education/ studies/study9.html), siswa menggunakan handheld untuk membuat peta konsep untuk belajar tentang konsep-konsep konstruksi. Kemudian mereka melakukan perjalanan lapangan ke lokasi pembangunan, catatan pengamatan pada perangkat genggam mereka, dan, setelah kembali ke kelas, meng-upload pengamatan mereka ke komputer desktop untuk membantu membuat database. Siswa juga dapat mengambil handheld rumah, menggunakan mereka untuk merujuk kepada proyek-proyek masa lalu dan memulai proyek-proyek baru.
Wireless Technologies
Teknologi jaringan nirkabel telah membuat lebih mudah bagi sekolah untuk membuat komputer yang tersedia untuk siswa mereka. Mudah untuk mengatur, teknologi nirkabel lebih murah untuk menginstal dan lebih sederhana untuk mempertahankan dari jaringan kabel yang baru. Teknologi nirkabel juga membawa baru possibil-kegiatan dan inovasi untuk pembelajaran di kelas. Di sekolah menengah Oregon, nirkabel jaringan pencatatan digunakan untuk mendukung siswa migran Hispanik yang berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua (ESL). Sebagai bagian dari proyek InTime, siswa ESL menghadiri kelas SMA reguler bersama dengan bilingual, mitra note-taking/men-toring. Pengambil catatan dan siswa berkomunikasi menggunakan pengolah kata dan grafis paket kolaboratif pada komputer laptop nirkabel jaringan. Siswa dapat membaca terjemahan pencatat mereka kata-kata kunci selama presentasi kelas. Dengan cara ini, siswa membangun bahasa Inggris dan keterampilan keaksaraan Spanyol saat mereka maju akademis dalam program yang sesuai dengan usia.
Ringkasan
Bagian ini telah singkat mengeksplorasi potensi teknologi baru dan muncul dan membayangkan-tions sumbangan mereka dapat membawa ke kegiatan pendidikan. Teknologi-teknologi baru akan meningkatkan akses kami ke informasi dan untuk orang lain, mendorong cara-cara baru belajar dan pemahaman baru. Guru perlu memastikan bahwa siswa tidak hanya belajar tetapi juga belajar bagaimana belajar. Kemampuan ini akan kompetitif Advan-tage mereka di era informasi.
Kesimpulan
Makalah ini telah menawarkan bukti yang meyakinkan bahwa dampak teknologi pendidikan belajar. Dari contoh-contoh kelas abad ke-20 awal, film pelatihan, dan komputer mainframe ke Sesame Street, Pilihan Court TV dan Konsekuensi, dan Apple Classrooms of Tomorrow, telah terbukti bahwa ketika tech-nology digunakan sengaja untuk hasil yang ditetapkan, dapat mendukung dan memfasilitasi pembelajaran.
Pada saat yang sama, belajar bukanlah hasil yang dijamin. Kurangnya tujuan dalam desain konten pembelajaran dan strategi yang digunakan untuk menyajikan bahwa konten dalam lingkungan berbasis teknologi dapat menyebabkan program gagal. Dan sekali di dalam kelas, bahkan program yang dirancang dengan baik bisa gagal. Dengan semakin meningkat untuk kedua pilihan teknologi (yaitu, film, video, multimedia, atau Internet) dan konten, kebutuhan belum pernah terjadi sebelumnya untuk bijaksana, penggunaan tujuan, hati-hati sesuai dengan instruksi kelas komplementer dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
Mengetahui bahwa teknologi pendidikan tidak menghasilkan belajar, mungkin pertanyaan kita harus sekarang pon-der adalah bagaimana kita dapat mengoptimalkan pembelajaran dengan teknologi-konten sebelum mencapai kelas dan setelah berada di tangan siswa dan guru. Resep untuk sukses melampaui teknologi dan con-tenda untuk pelajar, guru, dan lingkungan di mana teknologi digunakan.

Sebagai teknologi terus maju, kita harus terus meningkatkan kesempatan untuk menyajikan konten dan menciptakan kaya, lingkungan berbasis teknologi dan pengalaman di mana pembelajaran dapat terjadi. Teknologi dapat membawa kita ke tempat-tempat baru; teknologi dapat mendukung koneksi baru dengan orang lain di seluruh dunia, yang berarti perspektif dan pengalaman baru. Kesempatan tersebut tentu akan menghasilkan berbagai jenis belajar-ing untuk anak-anak. Kebutuhan untuk merancang metode penelitian baru dan teknik yang mendukung lebih lanjut di bawah-berdiri tentang bagaimana orang belajar dari teknologi dan bagaimana pendidik dapat menggunakan teknologi untuk mendukung belajar-ing upaya akan terus menantang. Bijaksana memperhatikan konten yang dikembangkan dan ketersediaan bahwa konten kepada siswa melalui teknologi akan memungkinkan pendidik untuk memastikan bahwa peluang yang nities seperti itu menguntungkan belajar anak-

Senin, 23 Juni 2014

jurnal pendidikan

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran
Oleh: Titin Nur Hidayati1



A
bstrak:
  Salah  satu  aliran  yang  mempunyai  pengaruh  terhadap
praktik  belajar  yang  dilaksanakan  di  sekolah  adalah  aliran
psikologi  kognitif.  Aliran  ini  telah  memberikan  konstribusi
terhadap  penggunaan  unsur  kognitif  atau  mental  dalam  proses
belajar.  Berbeda  dengan  pandangan  aliran  behavioristik  yang
memandang  belajar  sebagai  kegiatan  yang  bersifat  mekanistik
antara  stimulus  dan  respons,  aliran  kognitif  memandang
kegiatan  belajar  bukanlah  sekedar  stimulus  dan  respons  yang
bersifat  mekanistik,  tetapi  lebih  dari  itu,  kegiatan  belajar  juga
melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar.
Karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah
proses  mental  yang  aktif  untuk  mencapai,  mengingat  dan
menggunakan  pengetahuan.  Sehingga  perilaku  yang  tampak
pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan
proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.

A.  PENDAHULUAN
  Selama  seperempat  abad  pertama  pada  abad  ke-20, 
pertentangan  dalam  psikologi  akademik  meninggalkan  framework
asosiasi  psikologi  di  Amerika.  Strukturalisme,  fungsionalisme  dan
behaviorisme  adalah  beberapa  aliran  psikologi  yang  telah  establish
dalam asosiasi psikologi pada saat itu. Beberapa aliran psikologi ini
memiliki  ciri  khas,  yaitu  mengembangkan  metodologi  empiris.
Namun  demikian,  ditengah  perkembangan  pesat  beberapa  aliran
psikologi  itu  terganggu  oleh  kedatangan  doktrin  Gestalt  yang
mempengaruhi teori-teori belajar di Amerika. Teori baru ini menjadi
salah satu contoh teori rasionalis dalam psikologi.
  Namun demikian, sekalipun kemunculan gestalt merupakan
reaksi  terhadap  behaviorisme,  strukturalisme  yang  berkembang  di amerika, kemunculan pendatang baru ini justru di Jerman, karena
para pendirinya memang besar secara intelektual di Jerman. Secara
verbal,  Gestalt  berarti  Pola,  susunan  (konfigurasi),  Menyeluruh  atau
bentuk  pemahaman  atau  situasi  perangsangnya.  Konfigurasi  atau
gestalt  akan  kehilangan  sesuatunya  kalau  dipisahkan  menjadi
bagian-bagian  komponennya,  karaena  setiap  situasi  atau
pengalaman itu lebih dari jumlah semua bagiannya.
 
B.  TIGA SERANGKAI PENDIRI TEORI GESTALT
  Max  Wertheimer,  Wolfgang  Kohler  dan  Kurt  Koffka  adalah
tiga  serangkai  pendiri  Teori  Gestalt.  Ketiganya  ternyata  memiliki
akar  sejarah  yang  sama  sampai  akhirnya  mampu  menyatukan
gagasan  sehingga  menjadi  sebuah  gerakan  yang  kemudian
disebutnya  Gestalt.  Namun  demikian  ,  Max  Wertheimer  diakui
sebagai  pemimpin  yang  paling  terkenal,  sementara  Koffka  dan
Kohler  adalah  yang  paling  bertanggung  jawab  dalam
mempopulerkan gerakan Gestalt melalui tulisan-tulisannya. Karena
kedekatan  di  antara  ketiganya,  sampai-sampai  gagasan  dan  teori-teori  koffka,  Kohler  dan  Wertheimer  hampir  tidak  bisa  dipisahkan
dari  kehidupan  mereka  bertiga.  Ketiganya  adalah  sarjana  dari
Universitas  Berlin.  Karena  itu  mereka  menjadi  terkenal  sebagai
”Kelompok  Berlin”.  Max  Wertheimer  yang  meneliti  persepsi  yang
terintregasi  dalam  gerak,  Wolfgang  Kohler  yang  meneliti  tentang
insight  pada  simpanse  dan  Kurt  Koffka  yang  menguraikan  secara
rinci  mengenai  hukum-hukum  persepsi.  Mereka  tidak  hanya
bekerja  bersama,  bahkan  mereka  menyatukan  keyakinan  dalam
melakukan  perlawanan  terhadap  behaviorisme.  Hal  ini  bukanlah
kebetulan bahwa buku Kohler pada tahun 1929, Gestalt Psychology,
didedikasikan  untuk  Wertheimer,  dan  buku  Koffka  tahun  1935,
Principles  of  Gestalt  Psychology,  melahirkan persembahan,  ”Untuk
Wolfgang  Kohler  dan  Max  Wertheimer  sebagai  terima  kasih  untuk
Persahabatan dan Inspirasinya.”
C.  POKOK-POKOK  TEORI  BELAJAR  MENURUT  ALIRAN
GESTALT
1.Pandangan  Gestalt  Tentang  Belajar  dan  The  Memory
Trace (Kesan Ingatan)
  Menurut  teori  Gestalt,  belajar  adalah  berkenaan  dengan
keseluruhan  individu  dan  timbul  dari  interaksinya  yang  matang
dengan  lingkungannya.  Melalui  interaksi  ini,  kemudian
tersusunlah  bentuk-bentuk  persepsi,  imajinasi  dan  pandangan
baru.  Kesemuanya,  secara  bersama-sama  membentuk
pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu
melakukan  pemecahan  masalah.  Walaupun  demikian
pemahaman  (insight)  itu  barulah  berfungsi  kalau  ada
persepsi/tanggapan  terhadap  masalahnya-memahami  kesulitan,
unsur-unsur dan tujuannya.
Sementara itu, dalam belajar menurut Gestaltis prinsipnya
berkaitan  dengan  proses  berfikir  (proses  problem  solving)  dan
persepsi.  Dalam  hal  ini  terdapat  empat  prinsip  yang
dikembangkan  oleh  Wertheimer  dan  kemudian  diaplikasikan
Kohler  mengenai  berfikir  dan  persepsi.  Karena  Gestaltis  punya
perhatian  dengan  aspek-aspek  molar  dalam  belajar  dan  prilaku
sebagaimana  stimuli  dan  respons,  keterangan  mereka  tentang
belajar  dan  memori  llebih  banyak  bersifat  global  dan  tidak
spesifik seperti halnya keterangan dari behaviorist.
Secara  detail,  proses  belajar  dalam  pandangan  Gestalt  ini
bisa  kita  temukan di dalam bukunya koffka,  Principles  of  Gestalt
Psychology  (1935).  Persepsi  adalah  kemampuan  manusia  untuk
mengenal  dan  untuk  memahami  apa  yang  tidak  diketahuinya.
Penerimaan  sesuatu  berarti  bahwa  manusia  dapat  mengingat
pengalaman-pengalaman,  objek  atau  kejadian  masa  lalu.  Karena
itu  persepsi  memerlukan  proses  lebih  banyak  dari  sekedar
kemampuan  melakukan  reaksi  terhadap  sesuatu,  yaitu
pemrosesan  yang  sungguh-sungguh  untuk  mengintegrasikan
sumber-sumber  informasi  ke  dalam  gambaran  tunggal.  Dengan
demikian,  kesadaran  manusia  bukan  untuk  merespon  terhadap
persoalan (objek) di dalam lingkungan dalam dasar item per item.                                                        
  Disisi lain, para gestaltis memberikan perhatian yang agak
terdistorsi  dalam  perlakuan  konvensional  terhadap  belajar,
sehingga  problem  khusus  yang  ditekankan  adalah  bukan seleksi
secara  natural  bentuk  problem  dari  sudut  pandang  mereka. 
Beberapa  problem  yang  menjadi  perhatian  Gestalt  antara  lain
sebagai berikut.18
1. Kecakapan (Capacity) 
Karena  belajar  memerlukan  pembedaan  dan  restrukturisasi
persoalan, kondisi yang lebih tinggi dari belajar sangat banyak
bergantung  pada  kecakapan  alamiah  untuk  memberi  reaksi
dalam  kebiasaan  itu.  Dengan  meningkatkan  kecakapan  untuk
organisasi  perceptual  atau  kemampuan  untuk  ”memahami”
problem-problem  mengarahkan  untuk  meningkatkan
kemampuan belajar.
2. Praktek (Practice)
Memori kita adalah bekas yang dinyatakan (secara positif tanpa 
bukti)  dari  persepsi,  asosiasi  sebuah  produk  organisasi
perceptual.  Hukum  perceptual  juga  menentukan  hubungan
elemen-elemen  di  dalam  memori.  Karena  itu,  pengulangan
pengalaman  akan  membangun  secara  kumulatif  pada
pengalaman-pengalaman  yang  lebih  dulu  hanya  jika  kejadian
yang  kedua  dianggap  sebagai  sesuatu  keadaan  pemunculan
dari pengalaman terdahulu.
3.  Motivasi (Motivation)
Hukum  empiris  dari  akibat,  mengenai  peran  reward  dan
hukuman,  diterima  oleh  psikologi  Gestalt,  tetapi  mereka
berbeda dari Thorndike di dalam memberi interpretasi. Mereka
percaya  bahwa  akibat  yang  datang  kemudian  tidak  terjadi
”secara  otomatis  dan  tanpa  di  sadari”  untuk  memperkuat tindakan  sebelumnya.  Agaknya,  akibat  dipahami  sebagai
kepunyaan  tindakan  sebelumnya-posisi  yang  juga  ditekankan
oleh  Thorndike.  Motivasi  dipandang  sebagai  tempat
penempatan organisme ke dalam situasi problem: rewards dan
punishment  memainkan  peran  untuk  memperkuat  atau  tidak
memperkuat solusi terhadap problem yang diusahakan.
4. Pemahaman (Understanding)
Pemahaman  hubungan,  kesadaran  hubungan  antara  bagian-bagian  dan  keseluruhan,  berhubungan  dengan  konsekuensi,
ditekankan  oleh  para  penulis  Gestal.  Problem  harus
diselesaikan  dengan  pantas  ,  dari  sudut  pandang
bangunannya,  secara  organisatoris  daripada  mekanis,  secara
bodoh  atau  dengan  melarikan  diri  dari  kebiasaan-kebiasaan
sebelumnya.  Belajar  yang  penuh  wawasan  (pengetahuan)
adalah  tugas  belajar  sekarang  yang  lebih  cocok  dari  pada  trial
5. Transfer (Transfer)
Konsep Gestalt paling suka transfer perubahan. Pola hubungan
dipahami di situasi yang bisa diterapkan pada situasi yang lain.
Satu keuntungan dari belajar dengan pemahaman itu lebih baik
daripada  dengan  proses  penghafalan  tanpa  berfikir.  Sebab,
pemahaman dapat merubah jarak situasi yang lebih dalam, dan 
lebih sering menyebabkan aplikasi yang salah dari belajar yang
sudah-sudah.
6. Pelupaan (forgetting)
Pelupaan  dihubungkan  dengan  bagian  perubahan  di  dalam
bekas.  Bekas  bisa  tidak  kelihatan  melalui  pengurangan  secara
gradual  (kemungkinan  susah  untuk  membuktikan  atau  tidak),
melalui  perusakan  karena  sebagian  kacau  balau,  bidang  yang
terstruktur sakit, atau karena asimilasi pada bekas atau proses
baru.  
  
2.  Hukum-hukum  Pengamatan  (Hukum-hukum  Belajar)
Menurut Aliran  Gestalt
Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip
yang  berlaku  pada  proses  pengamatan  dapat  ditransfer  kepada
hal  belajar,  maka  untuk  memahami  proses  belajar  orang  perlu
memahami  hukum-hukum  yang  menguasai  proses  pengamatan
itu. 
Menurut  aliran  gestalt  ada  satu  hukum  pokok,  yaitu
Hukum  Pragnanz  yaitu  suatu  prinsip  yang  menyatakan
kecenderungan  terhadap  apapun  yang  dipandang  untuk
menerima  kemungkinan  kondisi  yang  paling  baik.  Hukum
pragnanz digunakan sebagai petunjuk prinsip dalam mempelajari
persepsi belajar dan ingatan. dan 3 hukum tambahan  (subsider)
yang  tunduk  kepada  hukum  yang  pokok  itu,  yaitu  Hukum
Kesamaan,  Hukum  Kedekatan  dan  Hukum  Ketertutupan.20 Dalam
bukunya  yang  berjudul  "Investigation  of  Gestalt  Theory"  (1923),
Wertheimer  mengemukakan  hukum-hukum  Gestalt  sebagai
berikut:
1)  Hukum Keterdekatan (law of proximity)
Dalam kita mengamati, obyek-obyek yang berdekatan satu
sama  lain  akan  nampak  sebagai  satu  unit  persepsi.
Dengan  demikian  hal-hal  yang  saling  berdekatan  dalam
waktu  atau  tempat  cenderung  dianggap  sebagai  suatu
totalitas.                     
2)  Hukum Ketertutupan (law of closure)
Menyatakan  bahwa  kita  mempunyai  tendensi  untuk
melengkapi  atau  mengisi  pengalaman-pengalaman  yang
tidak  lengkap,  agar  menjadi  lebih  berarti.  Atau  hal-hal
yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas
tersendiri.
3)  Hukum Kesamaan (law of equivalence)
Dalam  kita  melakukan    pengamatan,  maka  obyek-obyek
yang  mempunyai  kemiripan  (similarity)  satu  sama  lain
akan diorganisir ke dalam satu persepsi. Dengan kata lain
hal-hal  yang  mirip  satu  sama  lain,  cenderung  kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

3.    Memecahkan  Problem  (Problem  Solving),  Mendapatkan
Pencerahan (Insight)
Dalam  teori  belajar  menurut  Gestalt,  yang  terpenting  dalam
belajar  adalah  adanya  penyesuaian  pertama,  yaitu  memperoleh
respon  yang  tepat  untuk  memecahkan  masalah  yang  dihadapi.
Belajar  yang  penting  bukan  mengulangi  hal-hal  yang  harus
dipelajari,  tetapi  mengerti/memperoleh  insight  (pemahaman).
                                                        memberikan  enam  macam  sifat  khas  belajar  dengan  insight,
sebagai berikut:
a.  Insight  itu  dipengaruhi  oleh  kemampuan  dasar.
Kemampuan  dasar  itu  berbeda-beda  dari  individu  yang
satu  ke  individu  yang  lain.  Pada  umumnya  anak  yang
masih  sangat  muda  sukar  untuk  belajar  dengan  insight
ini.
b.  Insight  itu  dipengaruhi  oleh  pengalaman  belajar  masa
lampau  yang  relevan.  Walaupun  insight  itu  tergantung
kepada  pengalaman  masa  lampau  yang  relevan,  namun
memiliki  pengalaman  masa  lampau  tersebut  belum
menjamin dapatnya memecahkan masalah. Jadi misalnya
anak tidak dapat mengerjakan problem aljabar, kalau dia
belum  tahu  menggunakan  simbol-simbol  dalam  aljabar
tersebut  terlebih  dahulu  (dari  masa  lampau),  tetapi  anak
yang  telah  menguasai  simbol-simbol  tersebut  serta
mengetahui  cara-cara  pemecahan  problem  dalam  aljabar
belum  tentu  dapat  memecahkan  problem  tersebut.
Disinilah  letak  perbedaan  antara  teori  Gestalt  dengan
teori  assosiasi  yang  beranggapan  bahwa  hanya  memiliki
pengalaman  masa  lampau  yang  diperlukan  seseorang
akan  dapat  memecahkan  problem,  sebab  pemecahan-pemecahan  problem  berarti  penerapan  operation-operation yang telah dipelajari.
c.  Insight  tergantung  kepada  pengaturan  secara
eksperimental.  Insight  itu  hanya  mungkin  terjadi  apabila
situasi  belajar  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  segala
aspek  yang  perlu  dapat  diambil.  Apabila  alat  yang
diperlukan  untuk  pemecahan  problem  itu  dapat  dibuat
seakan-akan  menjadi  tidak  mungkin,  maka  problem
menjadi lebih sukar.
d.  Insight  itu  didahului  oleh  suatu  periode  mencoba-coba.
Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan
sendirinya,  melainkan  hádala  hal  yang  harus  di  cari.
Sebelum  dapat  memperoleh  insight  orang  harus  sudah
meninjau  problemnya  dari  berbagai  arah  dan  mencoba-coba memecahkan.
e.  Belajar  yang  dengan  Insight  itu  dapat  diulangi.  Jika
sesuatu  problem  yang  telah  dipecahkan  dengan  insight
lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan,
maka  dia  akan  dengan  langsung  dapat  memecahkan
problem itu lagi. 
f.  Insight yang telah sekali di dapatkan dapat dipergunakan
untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.21
Belajar  yang  disertai  insight  (insight  full  learning)  biasanya
mempunyai empat ciri. 
1)  Transisi  dari    pemecahan  permulaan  sampai
pemecahan terjadi dengan tiba-tiba.
2)  Pemecahan yang dilakukan dengan  insight biasanya
lancar dan bebas dari  kesalahan.
3)  Pemecahan  masalah  yang  disertai  insight,  dipegang
teguh untuk pertimbangan lamanya waktu.
4)  Satu  prinsip  adanya  insight  adalah  mudahnya
aplikasi terhadap problem yang lain. 

D.  APLIKASI  TEORI  BELAJAR  GESTALT  PADA  PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN
Banyak  praktek  pendidikan  dan  pengajaran  yang  menggunakan
dasar psikologi Ilmu Jiwa Gestalt. 
1. Dalam bidang Kurikulum
Kurikulum concentris merupakan pengetrapan prinsip-prinsip  ilmu  Jiwa  Gestalt.  Kurikulum  ini  mempunyai
pusat  yang  sama  (con-centris).  Dalam  tingkatan  yang
rendah,  disusun  kurikulum  dari  suatu  kesatuan  yang
utuh.  Disini  diajarkan  yang  pokok-pokok  secara  garis
besar.  Di  tingkat  yang  lebih  tinggi,  kesatuan  itu
diberikan  lagi,  tetapi  dibahas  lebih  mengarah  ke
bagian-bagian  lebih  mendalam.  Sedang  ditingkat  yang
lebih  tinggi  lagi,  kesatuan  tersebut  tetap  digunakan,
tetapi  dibahas  menjadi  kesatuan-kesatuan  yang  lebih
mendalam  lagi.  Begitu  seterusnya.  Dalam  perwujudan
dan  perkembangan  selanjutnya,  kurikulum  concentris
ini dapat terwujud dalam:
(a)  Penagajaran pusat minat
(b)  Penagajaran Proyek
(c)  Penagajaran alam sekita
(d)  Salah  satu  prinsip  dalam  sistim  among  oleh  Ki
Hajar Dewantara.
2. Dalam Bidang Didaktik Metodik
Dalam  bidang  Didaktik  Metodik,  khususnya  mengenai
metode  mengajar  membaca,  menulis.  Pengaruh  Ilmu
Jiwa  Gestalt  itu  sangat  besar.  Ternyata  pengetrapan
Ilmu  Jiwa  Gestalt  dalam  metode  mengajar  membaca
menulis  itu  telah  mampu  menggoyahkan  metode
mengajar yang telah berabad-abad sejak zaman Yunani
Kuno hingga awal abad 20 ini.
E.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI GESTALT
1.  Kelebihan Teori Gestalt
a)  Menghasilkan  individu  atau  anak  yang  memiliki
kemampuan  berfikir  untuk  menyelesaikan  setiap
persoalan yang dihadapi.
b)  Kurikulum  dirancang  sedemikian  rupa  sehingga
terjadi  situasi  yang  memungkinkan  pengetahuan  dan
keterampilan  dapat  dikonstruksi  oleh  peserta  didik.
Selain  itu,  latihan  memecahkan  masalah  seringkali
dilakukan  melalui  belajar  kelompok  dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. 
c) Peserta  didik  dapat  aktif  dan  dapat  menemukan  cara
belajar  yang  sesuai  bagi  dirinya.  Guru  berfungsi
sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat
situasi  menjadi  kondusif  untuk  terjadinya  konstruksi

2.  Kelemahan Teori Gestalt
Selain jasa dan sumbangannya yang sangat berharga
bagi  belajar  disekolah  dengan  insight,  namun  terdapat  juga
celah-celah  kelemahan  dan  kekurangannya.    Seperti  halnya ahuan dari peserta didik. teori  belajar  koneksionisme,  terhadap  teori  gestaltpun  dapat
diajukan  pertanyaan,  bolehkah  belajar  dengan  insight  itu
dianggap sebagai prototipe belajar? 
Daftar Pustaka

Ernest  Ropiequet  Hilgard,  1975,  Theories  Of  Learning:  The
Century  Psychologi  Series,  Printice-Hall,  Inc.,  and
Englewood Cliffs, N.J..
Henry  L.  Boediger,  J.  Philippe  Rushton,  Elizabeth  D.  Capald  dan
Scot G. Paris,1984,  Psychology, Litle Brown and Company,
Boston,  Toronto, 1  B.R.  Hergenhann  and  Mettew  H.Olson,
1997, An Introduction to The Theories of Learning, New Jersey:
Prantice hall. Inc.
 http/www.google.co.id/file/e-Psycology/diakses  tanggal  25
September 2007





Malcom  Kowles,  1986,  The  Adult  Learner  A  Neglected  Spesies.
Gulf Publising Company Book Division, Houston, Texas, Edisi
ke-3. 
Stephen N. Elliot, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield Cook, and
John  F.  Travers,  2000,  Educational  Psychology:  Efective
Teaching,  Effective  Learning,  McGraw-Hill  Higher
Education, Edisi International.
Sumadi  Suryabrata,  2004,  Psikologi  Pendidikan,  Jakarta:  Raja
Grafindo Persada. 
Guy  R.  Lefrancois,  1995,  Theories  of  Human  Learning.  Kros’s
Report. Book/Cole Publising Company.
Muhibbin  Syah.,M.Ed,.  1995,  Psikologi  Pendidikan  dengan
pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
B.R.  Hergenhann  and  Mettew  H.Olson,  1997,  An  Introduction  to
The Theories of Learning, New Jersey: Prantice hall. Inc. 
Slameto,  2003,  Belajar  dan  Faktor-faktor  yang
mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ratna  Wilis  Dahar,  1996,  Teori  Belajar,  Jakarta:  Penerbit:
Erlangga.




TINJAUAN FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI MANAJEMEN PEMBELAJARAN
BERBASIS TEORI SIBERNETIK

Tri Suminar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang


A
bstrak:    Teori  belajar  sibernetik    merupakan  perkembangan  dari  teori
belajar kognitif, yang menekankan peristiwa  belajar sebagai proses internal
yang  tidak  dapat  diamati  secara  langsung  dan  terjadinya  perubahan
kemampuan  yang  terikat  pada  situasi  tertentu.  Hakekat  manajemen
pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik  adalah usaha  guru untuk
membantu  siswa  mencapai  tujuan  belajarnya  secara  efektif  dengan  cara
memfungsikan  unsur-unsur  kognisi  siswa,  terutama  unsur  pikiran  untuk
memahami  stimulus  dari  luar  melalui  proses  pengolahan  informasi.
Tinjauan  aspek  ontologi  menjelaskan  daya  ingatan  individu  terdiri  dari
struktur  informasi  yang  terorganisasi  dan  proses  penelusuran  bergerak
secara hirarkhis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi
yang  paling  rinci  sampai  informasi  yang  diinginkan  diperoleh.  Tinjauan
aspek epistemologi  menjelaskan cara belajar sangat ditentukan oleh system
informasi. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi  dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3
komponen:  Sensory  memory  atau  sensory  register  (  SM/SR),  Short  Term
Memory  (STM),  Long  Term  Memory  (LTM).  Tinjauan  aspek  aksiologi
dijelaskan  pengelolaan  pembelajaran  menuntut  pembelajaran  untuk
diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan eksternal.
Sebab  memori  kerja  manusia  mempunyai  kapasitas  yang  terbatas.  Untuk
mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar,
peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Kata  Kunci:  Tinjauan  Filsafati,  Manajemen  Pembelajaran,  Teori
Sibernetik

 PEMBAHASAN
  Pengertian Tinjauan Filsafati: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
    Filsafat  adalah  ilmu  pengetahuan  yang  komprehensif  yang  berusaha  memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
    Pada prinsipnya filsafat  menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar
manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya
pada kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu
bentuk  kegiatan  akal  manusia  melalui  pengetahuan  yang  diterima  melalui  panca  indera,
diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.
    Ada  beberapa  teori  kebenaran  menurut  pandangan  filsafat  dalam  bidang  ontologi,
epistemologi  dan  aksiologi  (Jalaludin,  2007:  126).  Ontologi  seringkali  diidentifikasikan
dengan  metafisika,  yang  juga  disebut  dengan  proto-filsafat  atau  filsafat  yang  pertama.
    Dari ketiga teori  kebenaran menurut pandangan filsafat yang telah diuraian di atas
selanjutnya  sebagai  dasar  untuk  menganalisis  persoalan  manajemen  pendidikan  berbasis
teori belajar sibernetik.
  Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran  Berbasis Teori Sibernetik
  Sebagaimana dikemukakan pada bagian pendahuluan, manajemen pendidikan yang
dimaksud pada kajian ini adalah manajemen tingkat kelas, yang dilaksanakan oleh guru di
dalam mengelola pembelajaran di kelas. Fungsi manajemen pembelajaran di kelas meliputi
tahap  perencanaan,  pengorganisasian,  pelaksanaan,  pengawasan  dan  penilaian
pembelajaran.    Dari  keseluruhan  fungsi  manajemen  pembelajaran  tersebut  secara  khusus
menempatkan aktivitas pembelajaran sebagai penerapan teori belajar sibernetik.
  Hakekat  manajemen  pembelajaran  berdasarkan  teori  belajar  sibernetik    adalah
usaha  guru  untuk  membantu  siswa  mencapai  tujuan  belajarnya  secara  efektif  dengan  cara
memfungsikan  unsur-unsur  kognisi  siswa,  terutama  unsur  pikiran  untuk  memahami
stimulus  dari  luar  melalui   proses  pengolahan  informasi. 
  Pada  teori  sibernetik,  cara  belajar  sangat  ditentukan  oleh  system  informasi.  Oleh
sebab itu tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk
semua  peserta  didik.  Komponen  pemrosesan  informasi  berdasarkan  perbedaan  fungsi,
kapasitas,  bentuk  informasi  dan  proses  terjadinya  lupa  dijelaskan  melalui  3  komponen
berikut, yaitu: 
Sensory memory atau sensory register ( SM/SR).
Executive Control Processes
  Short Term Memory (STM)
  Long Term Memory (LTM)
   
    Dengan  demikian  cara  berpikir  seseorang  tergantung  pada:  (a)  keterampilan  apa
yang  telah  dipunyainya,  (b)  keterampilan  serta  hierarkhi  apa  yang  diperlukan  untuk
mempelajari  suatu  tugas.  Dalam  proses  belajar  terdapat  dua  fenomena,  yaitu:  (a)
keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, serta latihan
yang diperoleh individu, (b) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai
dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.
 
  Organisasi  adalah  elemen  kedua  dari  proses  belajar.  Informasi  yang  terorganisir
dengan  baik  akan  lebih  mudah  dipelajari  dan  diingat.  Mempelajari  sebuah  konsep  akan
lebih  mudah  dan  diingat  bila  disusun  dengan  baik,  misalnya  dalam  bentuk  tabel,  diagram
dan sebagainya.
  Konteks  adalah  elemen  ketiga  dari  proses  yang  mempengaruhi  peristiwa  belajar.
Aspek  fisik  dan  emosi  (ruangan,  emosi  yang  dirasakan  pada  saat  belajar)  akan  diproses
dengan  informasi  yang  dipelajari  saat  itu.  Sebuah  informasi  akan  mudah  dipelajari  dan
diingat  bila  konteks  yang  melatarbelakangi  informasi  tersebut  sama  dengan  konteks
informasi  yang  sudah  ada. 

  Kondisi  internal  peserta  didik  yang  mempengaruhi  proses  belajar  melalui  proses
pengolahan  informasi,  dan  yang  sangat  penting  untuk  diperhatikan  oleh  guru  dalam
mengelola pembelajaran antara lain: 
Kemampuan awal peserta didik
  Kemampuan  awal  peserta  didik  yaitu  peserta  didik  telah  memiliki  pengetahuan,
atau  keterampilan  yang  merupakan  prasyarat  sebelum  mengikuti  pembelajaran. 
Motivasi 
  Motivasi  berperan  sebagai  tenaga  pendorong  yang  menyebabkan  adanya  tingkah
laku ke arah tujuan tertentu
Perhatian 
  Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih  stimulus yang
relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimulus yang datang dari luar.
Persepsi
  Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat
menerima  atau  meringkas  informasi  yang  diperoleh  dari  lingkungannya. 
Ingatan
  Ingatan  adalah  suatu  sistem  aktif  yang  menerima,  menyimpan  dan  mengeluarkan
kembali informasi yang telah diterima seseorang.
Lupa
  Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan di dalam ingatan jangka
panjang.
Retensi
  Retensi  adalah  apa  yang  tertinggal  dan  dapat  diingat  kembali  setelah  seseorang
mempelajari  sesuatu,  jadi  kebalikan  lupa
Transfer
  Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi
proses  dalam  mempelajari  materi  yang  baru.  Transfer  belajar  atau  transfer  latihan  berarti
aplikasi  atau  pemindahan  pengetahuan,  keterampilan,  kebiasaan,  sikap  atau  respons-respons lain dari satu situasi ke situasi lain.
  Kondisi  eksternal  yang  sangat  berpengaruh  terhadap  proses  belajar  dengan  proses
pengolahan informasi antara lain: 
Kondisi Belajar
  Kondisi belajar, merupakan masukkan yang dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah  laku  yang  dapat  dilihat  sebagai  akibat  dari  adanya  proses  belajar
 5  macam  hasil
belajar,  yakni:  (a).  keterampilan  intelektual,  atau  pengetahuan  prosedural  yang  mencakup
belajar  diskriminasi,  konsep,  prinsip  dan  pemecahan  masalah  yang  diperoleh  melalui
materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas, (b). strategi kognitif, kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu  dalam  memperhatikan  belajar,  mengingat  dan  berpikir,  (c).  informasi  verbal,
kemampuan  untuk  mendeskripsikan  sesuatu  dengan  kata-kata  dengan  jalan  mengatur
informasi-informasi yang relevan. (d).  keterampilan  motorik,  kemampuan  untuk
melaksanakan  dan  mengkoordinasikan  gerakan-gerakan  yang  berhubungan  dengan  otot.
(e). sikap, suatu kemampuan internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari
oleh emosi, kepercayaan serta faktor intelektual. 
Tujuan Belajar
  Tujuan  belajar  merupakan  komponen  sistem  pembelajaran  yang  sangat  penting,
sebab  komponen-komponen  lain  dalam  pembelajaran  harus  bertolak  dari  tujuan  belajar
yang  hendak  dicapai  dalam  proses  belajarnya. 
  Berdasarkan  deskripsi  proses  pengolahan  informasi  yang  terjadi  merupakan 
interaksi  faktor  internal  dan  eksternal  dari  peserta  didik,  maka  aplikasi  pengelolaan
kegiatan  pembelajaran  berbasis  teori  sibernetik  yang  baik  untuk  dilakukan  bagi  pendidik
agar dapat memperlancar proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut: 
Menarik Perhatian
  Cara-cara  yang  dipakai  pendidik  untuk  menarik  perhatian  peserta  didik  adalah:
mengetahui  minat  peserta  didik,  memberi  pengarahan  dan  petunjuk  yang  memotivasi,
menjelaskan  tujuan-tujuan  belajar,  topik-topik,  dan  kesimpulan,  memberi  “advance
organizer”  yang menghubungkan antara materi  yang sudah dipelajari dengan materi  yang
akan dipelajari, mengadakan tes awal atau pertanyaan.



  Merangsang Ingatan pada Prasarat Belajar.
  Cara  untuk  meningkatkan  kemampuan  mengingat  peserta  didik  adalah
memberitahukan  keberhasilan  belajarnya,  menyuruh  mengulang  kembali  materi  yang
dipelajari  secara  periodik,  mempelajari  materi  terus-menerus  sampai  menguasai  sekali,
memberikan  latihan  berkala,  membuat  ringkasan,  memberi  waktu  istirahat  setelah  belajar
sesuatu, mengadakan telaah kembali (review).
Menyajikan Bahan Stimulasi dalam Bentuk Menarik Perhatian
  Penyajian  yang  menarik  perhatian,  tidak  memberi  materi  sekaligus  dalam  jumlah
yang banyak, tidak menyajikan materi terlalu cepat dan tidak memberi materi yang hampir
serupa sekaligus dalam waktu yang bersamaan dan materi bersifat kontekstual.
Meningkatkan retensi dan alih belajar
  Meningkatkan  retensi  dan  alih  belajar  dengan  cara  memberikan  bimbingan  belajar
atau  latihan-latihan,  membuat  situasi  belajar  yang  jelas  dan  spesifik,  membuat  situasi
belajar  yang  relevan  dan  bermakna  tidak  hanya  belajar  materi  yang  baru,  namun  juga
mengingat  kembali  materi  sebelumnya,  mendorong  unjuk  kerja,  memberikan  balikan
informative  dengan  menilai  unjuk  kerja,  memberikan  waktu  tambahan  untuk  materi  yang
sulit  dipelajari  peserta  didik,  mencari  peluang  situasi  belajar  baru  untuk  menghubungkan
antara materi bari dengan materi sebelumnya.
Meningkatkan Transfer Belajar
  Meningkatkan  transfer  belajar  dengan  beberapa  cara:  menyajikan  materi  belajar
secara  teratur  menurut  kierarkhis  belajar  dari  yang  sederhana  ke  yang  sulit,  memberikan
kesempatan  untuk  mengadakan  latihan  menstransfer  dari  materi  yang  dipelajari  ke  dalam
situasi  yang  sesungguhnya  di  luar  kelas,  memberi  kesempatan  merencanakan  sendiri
kesempatan  untuk  melakukan  tugasnya,  memberikan  tugas-tugas  yang  serupa,
membaerikan materi yang bermakna bagi peserta didik.
  Gagne  juga  menerangkan  terdapat  3  prinsip  kondisi  eksternal  (dari  pembelajaran)
yang  mempengaruhi  proses  belajar,  yakni:  (a)  keterdekatan  (contiguity),  situasi  stumulus
yang  hendak  direspon  oleh  siswa  harus  disampaikan  sedekat  mungkin  waktunya  dengan
respon yang diinginkan; (b) pengulangan (repetition), situasi stimulus dan responnya perlu
diulang-ulang  atau  dipraktekkan  agar  belajar  dapat  diperbaiki  dan  meningkatkan  retensi
belajar;  (c)  penguatan  (reinforcement),  belajar  sesuatu  yang  baru  akan  diperkuat  apabila
belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.
  Disamping  kondisi  eksternal  tersebut,  juga  diusulkan  adanya  3  prinsip  kondisi
internal  yang  harus  ada  diri  siswa.  Ketiga  kondisi  internal  yang  dimaksud  adalah:  (a)
informasi faktual (factual information), (b) kemahiran intelektual (intelectual skill) dan (c)
strategi (strategy).
 

  SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
    Tinjauan ontologi manajemen kelas teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk
membantu  siswa  mencapai  tujuan  belajarnya  secara  efektif  dengan  cara  memfungsikan
unsur-unsur  kognisi  siswa,  terutama  unsur  pikiran  untuk  memahami  stimulus  dari  luar
melalui    proses  pengolahan  informasi.  Teori  belajar  sibernetik  merupakan  pengembangan
teori belajar kognitif yang menekankan peristiwa  belajar sebagai proses internal yang tidak
dapat  diamati  secara  langsung  dan  terjadinya  perubahan  kemampuan  yang  terikat  pada
situasi tertentu Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang
mengutamakan berfungsinya memory.
    Tinjauan  epistemologi  manajemen  kelas  teori  belajar  sibernetik  adalah  proses
pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding),
diikuti  penyimpanan  informasi,  (storage),  dan  diakhiri  dengan  pengungkapan  kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Informasi dalam ingatan sensorik
tersimpan untuk sesaat saja yang selanjutnya tersimpan dalam ingatan jangka pendek (short
term memory). Informasi penting yang tersimpan dalam ingatan jangka pendek selanjutnya
diteruskan  pada  ingatan  jangka  panjang  (long  term  memory)  dalam  bentuk  yang  abstrak,
gambaran  dalam  bentuk  arti.    Jika  diperlukan  informasi  yang  tersimpan  dalam  memori
jangka panjang ini dapat dicari lagi melalui proses rekonstruktif.
    Tinjauan  aksiologi  manajemen  kelas  teori  belajar  sibernetik  berkenaan  dengan
bagaimana  cara  mengelola  pembelajaran  yang  baik,  yakni  dengan  menempatkan  peran
penting  elaborasi  (elaboration),  organisasi  (organization)  dan  konteks  (context)  untuk
mengintegrasikan  pengetahuan  baru  dengan  pengetahuan  yang  sudah  ada  dalam  memori. 
Memori  kerja  manusia  mempunyai  kapasitas  yang  terbatas,  oleh  karena  itu  untuk
mengurangi  muatan  memori  kerja,  perlu  memperhatikan  kapabilitas  belajar,  peristiwa
pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran.  
Saran
  Situasi  stimulus  yang  hendak  direspon  oleh  siswa  harus  disampaikan  sedekat
mungkin  waktunya  dengan  respon  yang  diinginkan  atau  keterdekatan  (contiguity).  Situasi
stimulus dan responnya perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki
dan meningkatkan retensi belajar atau pengulangan (repetition). Stimulus diberikan umpan
balik sebagai penguatan (reinforcement).

DAFTAR RUJUKAN
Achmad Sugandi. 2006. Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES. Semarang: UNNES Press.
Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Barnadib. 1987. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: IKIP
Catharina  Tri  Anni  et.al.  2004.  Psikologi  Belajar.  UPT  MKK  UNNES.  Semarang:  UNNES
Press.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suharsimi  Arikunto  dan  Lia  Yuliana.  2008.  Manajemen  Pendidikan.  Edisi  ke-1.  Yogjakarta:
Aditya Media bekerjasama dengan FIP UNY.
Suparlan Suhartono. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
--------------------------.2008. Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Toeti Soekamto. 1995. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdiknas.
Jakarta.