Senin, 17 April 2017

Materi alat ukur optik

PERALATA UKUR JENIS OPTIK

Pengertian alat ukur optik
            Alat ukur yang memanfaatkan sifat cahaya, hukum pemantulan, dan hukum pembiasan cahaya untuk membentuk bayangan suatu benda. Alat Optik merupakan alat yang berupa prisma, lensa dan cermin sebagai bagian utamanya. Alat Optik terbagi atas dua jenis yaitu alat optik alami dan alat optik buatan. Alat Optik alami berupa mata, sedangkan alat Optik buatan berupa kaca mata, kamera, mikroskop, kaca pembesar atau lup, periskop, dan teropong, PPD, Theodolit. 

PPD (pesawat penyipat datar)
            Waterpas adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ka arah horizontal. Alat ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini bila digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.
            Fungsi dari waterpass (PPD) secara umum yang pertama yaitu Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi, sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian yang sama. Yang kedua Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik – titik tertentu, maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik – titik tersebut.

Bagian-bagian PPD beserta fungsinya.
           Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada pesawat waterpass sebagai berikut :
1. Lensa pembacaan sudut horisontal, berfungsi untuk memperbesar dan memperjelas bacaan sudut horisontal.
2. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I vertikal).
3. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek yang dibidik.
4. Teropong, berfungsi untuk menempatkan lensa serta peralatan yang berfungsi untuk meneropong atau membidik obyek pengukuran.
5. Pelindung lensa obyektif, berfungsi untuk melindungi lensa obyektif dari sinar matahari secara langsung.
6. Lensa obyektif, berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.
7. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran pesawat arah horisontal.
8. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk menggerakkan pesawat arah horisontal secara halus setelah klem aldehide horisontal dikunci agar kedudukan benang pada pesawat tepat pada obyek yang dibidik.
9. Sekrup pengatur sudut, berfungsi untuk mengatur landasan sudut datar.
10. Visier, berfungsi sebagai alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat pembidikan obyek.
11. Plat dasar Waterpass, berfungsi sebagai landasan pesawat.
12. Lensa okuler (pengamat), berfungsi untuk mengamati obyek yang dibidik.
13. Cermin, berfungsi untuk memudahkan pembacaan nivo kotak
14. Nivo Kotak, berfungsi untuk mengetahui kedataran pesawat.
15. Sekrup Okuler pengatur ketajaman diafragma,berfungsi mengatur ketajaman     benang diafragma(benang silang).


contoh recana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan                   : SMK Negeri 7 Semarang
Mata pelajaran                         : Ukur Tanah
Kelas / Semester                      : XI / I
Materi                                      : Prosedur pekerjaan dasar-dasar survey pemetaan
Alokasi waktu                         : 20 menit
A.    Kompetensi Inti
1.             Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.             Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, dan damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.             Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4.             Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B.     Kompetensi Dasar
1.1.            Menambah keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
Indikator: 
a)      Senantiasa bersyukur dengan apa yang telah Tuhan anugerahkan.
b)      Mengagumi segala macam bahan bangunan yang ada di alam semesta sebagai ciptaan Tuhan YME.
1.2.            Menyadari kebesaran Tuhan yang  menciptakan dan mengatur karakteristik penjelasan teknik deskripsi survey pemetaan.
Indikator: 
a)      Tekun dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
2.1.            Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam mendeskripsikan survey pemetaan.
Indikator: 
a)      Memiliki rasa ingin tahu.
b)      Jujur dalam berperilaku.
2.2.            Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi mendeskripsikan survey pemetaan.
Indikator:
a)    Menunjukkan ketekunan  dan  tanggung jawab dalam belajar dan bekerja baik  secara individu maupun berkelompok.
3.6.      Menerapkan  fungsi masing-masing bagian dari peralatan jenis optik.
Indikator:
a)     Mampu menyebutkan bagian-bagian alat ukur jenis optik
b)    Mampu mendiskripsikan fungsi masing-masing bagian dari peralatan jenis optik.
4.6.  Menalar fungsi-fungsi bagian dari peralatan optik
Indikator:
a)     Mampu Menalar fungsi-fungsi bagian dari peralatan optik.

C.    Tujuan Pembelajaran
1.             Siswa mampu menyebutkan bagian-bagian alat ukur jenis optic.
2.             Siswa mampu mendiskripsikan fungsi masing masing bagian dari peralatan jenis optik
3.             Siswa mampu menalar fungsi fungsi bagian dari peralatan optic.
D.    Materi Pembelajaran
1.             Mengenali bagian-bagian dari PPD beserta fungsi-fungsinya.

E.     Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan                   : pembelajaran scientific
Model                           : pembelajaran kooperatif.
Metode                         :
a.       Pemberian informasi    (metode ceramah).
b.      Pemecahan masalah    (metode TPS).
c.       Penugasan                   (diskusi klompok kecil).



F.     Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.      Memberi salam.
2.      Salah seorang siswa memimpin dalam berdoa.
3.      Mengabsen kehadiran siswa.
4.      Memotivasi siswa dengan cara menunjukkan manfaat dari mempelajari alat ukur
5.      Menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
5 Menit
Inti
Mengamati :
1.      Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang bagian-bagian PPD beserta fungsinya
2.      Dari mengamati siswa dapat mengkonsepkan bagian-bagian PPD beserta fungsinya.
Menanya :
3.      Siswa menanyakan tentang apa yang telah disampaikan guru yang belum mereka pahami tentang bagian-bagian PPD beserta funsinya.
Mengasosiasi :
4.      Siswa mendiskusikan dengan teman tentang materi bagian-bagian PPD beserta fungsinya.
(pair)
Mencoba  :
1.      Siswa mencoba mengumpulkan data dari sumber tentang materi untuk dijelaskan dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bagian-bagian dari PPD serta fungsinya.
Mengkomunikasikan :
1.      Siswa menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas tentang bagian-bagian dari PPD serta fungsinya
2.      Siswa menanggapi pemaparan dari klompok siswa lain tentang bagian-bagian dari PPD serta fungsinya
10 Menit
Penutup
1.        Bersama-sama siswa menyimpulkan tentang bagian dan fungsi dari PPD
2.        Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
5 Menit

G.    Media, alat, dan sumber pembelajaran.
1.             Media                          : Laptop dan proyektor.
2.             Alat                              : Gambar alat optik pada pekerjaan survey pemetaan (PPD)
3.             Sumber pembelajaran  :
a.    Modul survey pemetaan,
b.   buku referensi:
1.     Buku BSE Tek. Survei & Pemetaan Jilid 1.
2.     Ilmu Ukur Tanah, Wongtjitro 1980, Kanisius Jogyakarta.
c.    internet.

H.    PENILAIAN
Sistem penilaian dilakukan dikelas dengan melihat sikap, aktivitas belajar siswa, dan evaluasi, untuk penilaian secara lengkapnya terlampir.

 Semarang, 13 April 2016
Mengetahui,
Dosen Pengampu                                                                         Mahasiswa



admixture beton

Admixture adalah bahan/material selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton atau mortar sebelum atau selama pengadukan. Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton. Suatu penggunaan yang tepat dari admixtures menawarkan efek menguntungkan tertentu untuk beton, termasuk peningkatan mutu, percepatan atau memperlambat setting time,dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan sulfat, mengontrol peningkatan kekuatan, meningkatkan workability finishability. Diperkirakan bahwa 80% dari beton yang diproduksi di Amerika Utara saat ini mengandung satu atau lebih jenis admixtures.
Menurut sebuah survey oleh National Association Ready Mix Beton, 39% dari semua produsen beton menggunakan campuran fly ash, dan setidaknya 70% dari beton yang dihasilkan berisi a water-reducer admixture. Admixtures sangat bervariasi dalam komposisi kimia, dan banyak memiliki fungsi. Dua tipe dasar admixtures yang tersedia yaitu kimia (chemical admixtures) dan mineral ( mineral admixtures). Semua admixtures yg digunakan dalam konstruksi beton harus memenuhi spesifikasi; Pengujian harus dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana admixtures akan mempengaruhi sifat beton shg memenuhi persyaratan.
1.    Tujuan penggunaan admixture pada beton adalah :
Beberapa tujuan yang penting dari penggunaan bahan tambah ini menurut manual of concrete practice dalam admixtures and concrete (ACI.212.1R-8, Revised 1986) antara lain:
a)    Memodifikasi Beton Segar, Mortar dan Grouting
Ø Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah air atau mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama.
Ø Menghambat atau mempercepat waktu peningkatan awal dari campuran beton.
Ø Mengurangi atau mencegah secara preventif penurunan atau perubahan volume beton.
Ø Mengurangi segregasi.
Ø Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrai dan pemompaan beton segar.
Ø Mengurangi kehilangan nilai slump.
b)   Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting
Ø Menghambat atau mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
Ø Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
Ø Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur atau kuat geser dari beton).
Ø Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar termasuk serangan garam – garam sulfat.
Ø Mengurangi kapilaritas dari air.
Ø Mengurangi sifat permeabilitas.
Ø Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi dari alkali termasuk alkali dalam agregat.
Ø Menghasilkan struktur beton yang baik.
Ø Menambah kekuatan ikatan beton bertulang.
Ø Mengembangkan ketahanan gaya impact (berulang) dan ketahanan abrasi.
Ø Mencegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal).
Ø Menghailkan warna tertentu pada beton atau mortar.
2.    Aspek ekonomi penggunaan bahan tambah
Penambahan bahan atambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan yang lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat – volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah. Penambahan biaya mungkin baru bisa terasa efeknya pada saat pengadaan bahan tambah tersebut yang meliputi biaya transportasi, penempatannya dilapangan dan biaya diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi perhatian dalam aspek ekonominya.
3.    Perhatian penting dalam penggunaaan bahan tambah
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM, atau ACI. Selain itu, yang terpenting adalah memperhatikan petunjuk dalam manualnya jika menggunkaan bahan ”paten” yang diperdagangkan.
Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan tambah:
a) Penggunaan semen dengan tipe yang khusus
b) Penggunaan satu atau lebih bahan tambah
c) Petunjuk umum mengenai penggunaan atau temperatur yang diijinkan pada saat pengadukan dan pengecoran
Selanjutnya hal yang menjadi perhatian adalah:
a) Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau proporsi campuran yang diharapkan
b) Banyak bahan tambah mengubah lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang – kadang justru merugikan
c) Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.






4.    Jenis-jenis admixture
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture). Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.
1)   Bahan Tambah Kimia
Menurut standar ASTM. C.494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989:29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam racikan beton sesuai dengan pemilihamn proporsi betonnya (PB, 1989:12). Jenis dan definisi bahan tambah kimia ini sebagai berikut:
a)      Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Water Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Water Reducing Admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air semen (wer) yang rendah. Atau dengan tidak mengubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi, dengan mengubah kadar semen tetapi tidak mengubah faktor air semen dan slump. Pada kasusu pertama dengan mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kekuatan beton. Pada kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang didaptkan akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimasukkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (marther, Bryant., 1994:494-495). Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organik ataupun campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan udara dalam hal mengurangi kandungariair campuran. Selain itu bahan tambah ini dapat digunakan untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai dampak perubahan faktor air semen. Komposisi dari campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan
kandungan garam-garam.
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
5. Material lain seperti:
·      Material inorganik seperti seng, garam-garam, barak, posfat, klorida.
·      Asam amino dan turunannya,
·      Karbonhidrat, polisakarin dan gula asam.
·      Campuran polimer, seperti eter, turunan melamic, naptan, silikon, hidrokarbon-sulfat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding dan kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.
 Hal lain juga dimaksudkan Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
a.       Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
b.      Menambah kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
c.       Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang lebih sedikit.
b)      Tipe B : Retarding Admixture
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk menghindari col joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.




c)      Tipe C : Accelerating Admixtures
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang bermngsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton. Accelerating Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Bahan kimia lain yang berfungsi sebagai pemercepat antara lain adalah senyawa-senyawa garam seperti klorida, bromida, karbonat, silikat dan terkadang senyawa organik lainnya seperti tri-etanolamin. Perlu ditekankan bahwa kalsium klorida jangan digunakan jika korosi progresif dari tulangan bajadapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2 dari berat semen yang digunakan.
Penggunaan bahan tambah pemercepat laju pengerasan harus didasarkan atas pertimbangan ekonomi dengan membandingkan pada penggunaan bahan tambah lain seperti, bandingkan dengan penggunaan semen Tipe III, penggunaan semen yang lebih banyak, penggunaan metode perawatan dan proteksi yang berbeda, penggunaan bahan air dan agregat yang panas. Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga: (1). Larutan garam organik, (2). Larutan campuran organik, (3). Material miscellaneous.
d)      Tipe D : Water Reducing and Retarding Addmixture
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan pengontrol pengeringan (Water Reducing Admixture). Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair.
Air yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam perencanaan air ini hams ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah.
e)      Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilan beton yang konsistensinya tertentu dan mepercepat pengikatan awal.
Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air artinya FAS yang digunakan tetap dengan mengurangi kadar air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam campuran perencanaan air ini harus di tambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah Pemercepat waktu pengikatan didalam bahan tambah kimia ini untuk mempercepat sehingga untuk beton yang menggunakan bahan tambah ini akan dihasilkan waktu pengikatan cepat dan kadar air yang rendah dalam FAS. Kondisi yang dikehendaki adalah kuat tekan beton yang tinggi tetapi kecepatan pengikatan yang dinginkan dapat lebih tinggi.
f)       Tipe F : High Range Water Reducing (HRWR)
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Jenis bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer. Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia.tambahan yang baru, dan disebut sebagai "bahan tambahan kimia pengurang air". Tiga jenis plastisizer yang dikenaladalah (1). kondensi sulfonat melamin formadehid dengan kandungan klorida sebesar 0.005%, (2). sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan dan (3). Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan tambahan tersebut dibuat dari sulfonat organik dan disebut superplastisizer, karena dapat mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.
g)      Tipe G : High Range Water Reducing (HRWR) and Retarding
High Range Water Reducing (HRWR) and Retarding adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.
2)      Jenis-jenis bahan tambah mineral (Additive)
Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis additive adalah : puzzollan, fly ash, slag dan silica fume.


Adapun keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :
a.     Memperbaiki workability beton
b.    Mengurangi panas hidrasi
c.     Mengurangi biaya pekerjaan beton
d.    Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
e.     Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
f.     Menambah keawetan (durabilitas) beton
g.     Meningkatkan kuat tekan beton
h.    Meningkatkan usia pakai beton
i.      Mengurangi penyusutan
j.      Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)
a) Abu Terbang Batu Bara
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (flyash)didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedalkan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam Tabel 5 1 (ASTM C.618-95:305).
Tabel 1.1. Kandungan Kimia Fly Ash
Senyawa Kimia
Jenis F
Jenis C
OksidaSilika(SiO2)+OksidaAlumina(Al2O3)+
Oksida Besi (Fe2O3), minimum %
70.0
50.0
Trioksida Sulfur (SO3), maksimum %
5.0
5.0
Kadar Air, maksimum %
3.0
3.0
Kehilangan Panas, maksimum %
6.0^
6.0
^ Penggunaan smapai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja
atau hasi test laboratotium meunjukkan demikian.

b) Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi.Definisi slag dalam ASTM. C.989, "Standard spesification for ground granulated Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar", (ASTM, 1995: 494) adalah produk non-metal yangmerupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Lewis, 1982).
1. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya kenaikan kekuatan tekan.
2. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan alkah-silika.
6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi wama cerah pada beton.
8. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
9. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan (cementious) dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung (Cain, 1994: 505).
c) Silika Fume
Menurut standar "Spesificationfor Silica Fume for Use in Hydraulic Cemen Concrete and Mortar" (ASTM.C. 1240,1995: 637-642) silica fume adalah material pozzollan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal sebagai gabungan antara microsilika dengan silika fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding; geser, pre-cast atau beton prategang dan beberapa keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja tinggi saat ini sekitar 50-70 MPa untuk umur 28 hari.Penggunaan silica fume berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa bahan superplastisizer dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987:124-129).






Tabel 1.2. Komposisi Kimia Silica Fume
Kimia
Berat dalam persen
SiO2
Karbon
Fe2 O3
CaO
Al2O3
MgO
MnO
K2O
Na2O
92-94
3-5
0.10-0.50
0.10-0.15
0.20 - 0.30
0.10-0.20
0.008
0.10
0.10
Fisika
Berat dalam Persen
Berat Jenis
Rata-rata ukuran partikel, u.m,
Lolos ayakan No.325 dala,
Keasaman pH (10 air dalam slurry)
2.02
0.1
99.00
7.3
Sumbe: Yogendran., et al., ACI Material Journal, Maret/April, 1987:125
d) Peghalus Gradasi (finely divided mineral admixture)
Bahan ini berupa mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaan-perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menaikan mum dari beton yang akan dibuat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengurangi permeabilitas atau expansi dan juga mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash, dan pozollan alam yang sudah menjadi kapur atau mentah.
3)      Bahan Tambah Lainnya
a.       Air Entraining
Bahan tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih kecil di dalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambahkan ketahanan awal pada beton. Hampir semua bahan air entraining admixture berwujud cair, tetapi ada yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan atau gumpalan. Banyaknya bahan tambahan yang diperlukan untuk memperoleh gelembung udara ini tergantung pada bentuk dan gradasi agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran agregat, semakin besar persentase bahan tambah yag diperlukan. Persentase ini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lain seperti jenis dan kondisi pencampur, apakah memakai fly-ash ataukah pozollan lain, juga derajat agitasi campuran. Penambahan udara ini dapat mengurangi kekuatan udara, tetapi dengan mempertahankan kandungan semen dan kemudahan kerja, pengurangan kekuatan ini dapat dicegah karena faktor air semennya berkurang.
b.      Beton Tanpa Slump
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inch (25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tambah ini tergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku-cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut.
c.       Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan kekuatan tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000 psi = 6,9 MPa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara (1). memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan atau (2). menjenuhkan dan memancarkannya pada temperatur yang sangat tinggi di laboratorium. Beton dengan modifikasi polimer (PMC=Polimer Modified Concrete) adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan tambahan. Prinsipnya adalah menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 0.45 dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.
d.      Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Beton (hardener concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindahpindah, seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat alat berat (heavy equiment), dan lainnya. Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan pada permukaan beton, yang seiring dengan bertambahnya waktu akan menyebabkan rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan permukaan beton. Yaitu (1) agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan (2) agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus. Untuk memperkeras permukaan beton, harus dipilih salah satu dari bahan pengeras tersebut dan kemudian ditambahkan kedalam campuran beton saat pengeijaan beton berlangsung.
e.       Bahan Pembantu Kedap Air
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah (misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka beton tersebut tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah bahan yang mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi yang menerus dalam campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi permeabilitas air.
f.       Bahan Tambah Pemberi Warna
Beton yang diexpose permukaannya biasanya memerlukan keindahan. Bahan yang digunakan untuk memberi wama pada permukaan beton ini cat (coating), yang dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai. Cara lainnya adalah menambahkan bahan wama, misalnya oker atau umber (pewama coklat), kedalam permukaan beton selagi beton masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik. Selain itu dapat pemberian wama dapat pula dilakukan dengan cara menaburkan pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar.


g.       Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama Dengan Beton Baru (bonding agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu antara permukaan yang lama dengan permukaan yang baru jenis bahan tambah tersebut biasnya di sebut bonding agent yang merupakan larutan polimer.
5. Bahan tambah kimia menurut draft pedoman beton 1989
a)    Syarat Umum Mutu Bahan Tambah
1. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis-jenis bahan tambah yang disebutkan di atas, harus memenuhi persyaratan fisika seperti yang termuat dalam ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete.
2. Atas pennintaan pembeli/pemakai, produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan yang disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama dalam segala halnya dengan bahan yang diujikan untuk memenuhi persyaratan mutu.
3. Atas permintaan pembeli/pemakai, produsen bahan tambah yang akan dipakai untuk beton pra-tekan hams menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah tersebut dan bahwa kadar klorida sudah ditambahkan selama pembuatannya.
b)    Keseragaman dan Kesamaan (Komposisi)
Apabila ditentukan oleh pembeli/pemakai bahwa perlu dilakukan uji teseragaman terhadap jumlah bahan tambah, maka uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Ø  Pengujian dilakukan terhadap contoh awal (initial sample) dan hasil uji dijadikan referensi untuk membandingkan hasil-hasil uji atas contoh yang diambil dari sembarang kumpulan bahan (lot).
Ø  Analisis infra-red, hasil spektra absorbsi sejauh mungkin harus sama antara contoh awal dengan contoh dari suatu lot.
Ø  Residu pengeringan di dalam oven, bila diuji dengan cara dan ketentuan dalam ASTM C.494, variasinya antara nilai contoh awal dengan contoh yang diambil dari lot harus berada pada batas variasi di mana 5% untuk bahan tambah cair dan 4% untuk bahan tambah non cair.
Ø  Berat jenis untuk bahan tambah cair perbedaan untuk contoh awal dengan air suling dan dengan contoh dari lot tidak boleh lebih besar dari 10%.


6. Tujuan penggunaan bahan tambah (Additive) untuk campuran pada beton.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia diantaranya yaitu :
1)   Water Reduction ( Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai FAS tetap,tapi didaptkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi dengan tidak mengurangi kekentalannya atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama tapi adukan dimuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.
2) Retarder ( Zat kimia untuk memperlambat proses ikatan campuran beton)
Biasanya dipergunakan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam,maka perlu ditambahkan zat kimia ini.
3) Accelerators ( Zat kimia  untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton)
Dipergunakan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton,pencampuran beton dilakukan ditempat atau dekat dengan penuangannya.
7. Pemakaian admixture dalam beton
Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya hanya sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat membuat beton yang buruk menjadi baik.
Ada beberapa pertimbangan di dalam pemakaian admixture pada beton, yaitu (Samekto W, et.al, 2001):
a.         Jangan menggunakan admixture bila tidak tahu tujuannya.
b.        Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik
c.         Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton

d.        Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas pengaruhnya pada beton.