Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses
Pembelajaran
Oleh: Titin Nur Hidayati1
A
|
bstrak:
Salah
satu aliran yang
mempunyai pengaruh terhadap
praktik belajar
yang dilaksanakan di
sekolah adalah aliran
psikologi kognitif.
Aliran ini telah
memberikan konstribusi
terhadap penggunaan
unsur kognitif atau
mental dalam proses
belajar. Berbeda
dengan pandangan aliran
behavioristik yang
memandang belajar
sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik
antara stimulus
dan respons, aliran
kognitif memandang
kegiatan belajar
bukanlah sekedar stimulus
dan respons yang
bersifat mekanistik,
tetapi lebih dari
itu, kegiatan belajar
juga
melibatkan
kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar.
Karena itu,
menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah
proses mental
yang aktif untuk
mencapai, mengingat dan
menggunakan pengetahuan.
Sehingga perilaku yang
tampak
pada manusia
tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan
proses mental
seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.
A. PENDAHULUAN
Selama
seperempat abad pertama
pada abad ke-20,
pertentangan dalam
psikologi akademik meninggalkan
framework
asosiasi psikologi
di Amerika. Strukturalisme, fungsionalisme dan
behaviorisme adalah
beberapa aliran psikologi
yang telah establish
dalam asosiasi
psikologi pada saat itu. Beberapa aliran psikologi ini
memiliki ciri
khas, yaitu mengembangkan
metodologi empiris.
Namun demikian,
ditengah perkembangan pesat
beberapa aliran
psikologi itu
terganggu oleh kedatangan
doktrin Gestalt yang
mempengaruhi
teori-teori belajar di Amerika. Teori baru ini menjadi
salah satu
contoh teori rasionalis dalam psikologi.
Namun demikian, sekalipun kemunculan gestalt
merupakan
reaksi terhadap
behaviorisme, strukturalisme yang
berkembang di amerika, kemunculan
pendatang baru ini justru di Jerman, karena
para pendirinya
memang besar secara intelektual di Jerman. Secara
verbal, Gestalt
berarti Pola, susunan
(konfigurasi), Menyeluruh atau
bentuk pemahaman
atau situasi perangsangnya. Konfigurasi
atau
gestalt akan
kehilangan sesuatunya kalau
dipisahkan menjadi
bagian-bagian komponennya,
karaena setiap situasi
atau
pengalaman itu
lebih dari jumlah semua bagiannya.
B. TIGA SERANGKAI PENDIRI TEORI GESTALT
Max
Wertheimer, Wolfgang Kohler
dan Kurt Koffka
adalah
tiga serangkai
pendiri Teori Gestalt. Ketiganya
ternyata memiliki
akar sejarah
yang sama sampai
akhirnya mampu menyatukan
gagasan sehingga
menjadi sebuah gerakan
yang kemudian
disebutnya Gestalt.
Namun demikian , Max Wertheimer
diakui
sebagai pemimpin
yang paling terkenal,
sementara Koffka dan
Kohler adalah
yang paling bertanggung
jawab dalam
mempopulerkan
gerakan Gestalt melalui tulisan-tulisannya. Karena
kedekatan di
antara ketiganya, sampai-sampai
gagasan dan teori-teori
koffka, Kohler dan
Wertheimer hampir tidak
bisa dipisahkan
dari kehidupan
mereka bertiga. Ketiganya
adalah sarjana dari
Universitas Berlin.
Karena itu mereka
menjadi terkenal sebagai
”Kelompok Berlin”.
Max Wertheimer yang
meneliti persepsi yang
terintregasi dalam
gerak, Wolfgang Kohler
yang meneliti tentang
insight pada
simpanse dan Kurt
Koffka yang menguraikan
secara
rinci mengenai
hukum-hukum persepsi. Mereka
tidak hanya
bekerja bersama,
bahkan mereka menyatukan
keyakinan dalam
melakukan perlawanan
terhadap behaviorisme. Hal
ini bukanlah
kebetulan bahwa
buku Kohler pada tahun 1929, Gestalt Psychology,
didedikasikan untuk
Wertheimer, dan buku
Koffka tahun 1935,
Principles of
Gestalt Psychology, melahirkan persembahan, ”Untuk
Wolfgang Kohler
dan Max Wertheimer
sebagai terima kasih
untuk
Persahabatan dan
Inspirasinya.”
C. POKOK-POKOK
TEORI BELAJAR MENURUT
ALIRAN
GESTALT
1.Pandangan Gestalt
Tentang Belajar dan
The Memory
Trace (Kesan
Ingatan)
Menurut
teori Gestalt, belajar
adalah berkenaan dengan
keseluruhan individu
dan timbul dari
interaksinya yang matang
dengan lingkungannya. Melalui
interaksi ini, kemudian
tersusunlah bentuk-bentuk
persepsi, imajinasi dan
pandangan
baru. Kesemuanya,
secara bersama-sama membentuk
pemahaman atau
wawasan (Insight), yang bekerja selama individu
melakukan pemecahan
masalah. Walaupun demikian
pemahaman (insight)
itu barulah berfungsi
kalau ada
persepsi/tanggapan terhadap
masalahnya-memahami kesulitan,
unsur-unsur dan
tujuannya.
Sementara itu,
dalam belajar menurut Gestaltis prinsipnya
berkaitan dengan
proses berfikir (proses
problem solving) dan
persepsi. Dalam
hal ini terdapat
empat prinsip yang
dikembangkan oleh
Wertheimer dan kemudian
diaplikasikan
Kohler mengenai
berfikir dan persepsi.
Karena Gestaltis punya
perhatian dengan
aspek-aspek molar dalam
belajar dan prilaku
sebagaimana stimuli
dan respons, keterangan
mereka tentang
belajar dan
memori llebih banyak
bersifat global dan
tidak
spesifik seperti
halnya keterangan dari behaviorist.
Secara detail,
proses belajar dalam
pandangan Gestalt ini
bisa kita
temukan di dalam bukunya koffka,
Principles of Gestalt
Psychology (1935).
Persepsi adalah kemampuan
manusia untuk
mengenal dan
untuk memahami apa
yang tidak diketahuinya.
Penerimaan sesuatu
berarti bahwa manusia
dapat mengingat
pengalaman-pengalaman, objek
atau kejadian masa
lalu. Karena
itu persepsi
memerlukan proses lebih
banyak dari sekedar
kemampuan melakukan
reaksi terhadap sesuatu,
yaitu
pemrosesan yang
sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan
sumber-sumber informasi
ke dalam gambaran
tunggal. Dengan
demikian, kesadaran
manusia bukan untuk
merespon terhadap
persoalan
(objek) di dalam lingkungan dalam dasar item per item.
Disisi lain, para gestaltis memberikan
perhatian yang agak
terdistorsi dalam
perlakuan konvensional terhadap
belajar,
sehingga problem
khusus yang ditekankan
adalah bukan seleksi
secara natural
bentuk problem dari
sudut pandang mereka.
Beberapa problem
yang menjadi perhatian
Gestalt antara lain
sebagai
berikut.18
1. Kecakapan
(Capacity)
Karena belajar
memerlukan pembedaan dan
restrukturisasi
persoalan,
kondisi yang lebih tinggi dari belajar sangat banyak
bergantung pada
kecakapan alamiah untuk
memberi reaksi
dalam kebiasaan
itu. Dengan meningkatkan
kecakapan untuk
organisasi perceptual
atau kemampuan untuk
”memahami”
problem-problem mengarahkan
untuk meningkatkan
kemampuan
belajar.
2. Praktek
(Practice)
Memori kita
adalah bekas yang dinyatakan (secara positif tanpa
bukti) dari
persepsi, asosiasi sebuah
produk organisasi
perceptual. Hukum
perceptual juga menentukan
hubungan
elemen-elemen di
dalam memori. Karena
itu, pengulangan
pengalaman akan
membangun secara kumulatif
pada
pengalaman-pengalaman yang
lebih dulu hanya
jika kejadian
yang kedua
dianggap sebagai sesuatu
keadaan pemunculan
dari pengalaman
terdahulu.
3. Motivasi (Motivation)
Hukum empiris
dari akibat, mengenai
peran reward dan
hukuman, diterima
oleh psikologi Gestalt,
tetapi mereka
berbeda dari
Thorndike di dalam memberi interpretasi. Mereka
percaya bahwa
akibat yang datang
kemudian tidak terjadi
”secara otomatis
dan tanpa di
sadari” untuk memperkuat tindakan sebelumnya.
Agaknya, akibat dipahami
sebagai
kepunyaan tindakan
sebelumnya-posisi yang juga
ditekankan
oleh Thorndike.
Motivasi dipandang sebagai
tempat
penempatan
organisme ke dalam situasi problem: rewards dan
punishment memainkan
peran untuk memperkuat
atau tidak
memperkuat
solusi terhadap problem yang diusahakan.
4. Pemahaman
(Understanding)
Pemahaman hubungan,
kesadaran hubungan antara
bagian-bagian dan keseluruhan,
berhubungan dengan konsekuensi,
ditekankan oleh
para penulis Gestal.
Problem harus
diselesaikan dengan
pantas , dari
sudut pandang
bangunannya, secara
organisatoris daripada mekanis,
secara
bodoh atau
dengan melarikan diri
dari kebiasaan-kebiasaan
sebelumnya. Belajar
yang penuh wawasan
(pengetahuan)
adalah tugas
belajar sekarang yang
lebih cocok dari
pada trial
5. Transfer
(Transfer)
Konsep Gestalt
paling suka transfer perubahan. Pola hubungan
dipahami di
situasi yang bisa diterapkan pada situasi yang lain.
Satu keuntungan
dari belajar dengan pemahaman itu lebih baik
daripada dengan
proses penghafalan tanpa
berfikir. Sebab,
pemahaman dapat
merubah jarak situasi yang lebih dalam, dan
lebih sering
menyebabkan aplikasi yang salah dari belajar yang
sudah-sudah.
6. Pelupaan
(forgetting)
Pelupaan dihubungkan
dengan bagian perubahan
di dalam
bekas. Bekas
bisa tidak kelihatan
melalui pengurangan secara
gradual (kemungkinan
susah untuk membuktikan
atau tidak),
melalui perusakan
karena sebagian kacau
balau, bidang yang
terstruktur
sakit, atau karena asimilasi pada bekas atau proses
baru.
2. Hukum-hukum
Pengamatan (Hukum-hukum Belajar)
Menurut
Aliran Gestalt
Karena asumsi
bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip
yang berlaku
pada proses pengamatan
dapat ditransfer kepada
hal belajar,
maka untuk memahami
proses belajar orang
perlu
memahami hukum-hukum
yang menguasai proses
pengamatan
itu.
Menurut aliran
gestalt ada satu
hukum pokok, yaitu
Hukum Pragnanz
yaitu suatu prinsip
yang menyatakan
kecenderungan terhadap
apapun yang dipandang
untuk
menerima kemungkinan
kondisi yang paling
baik. Hukum
pragnanz
digunakan sebagai petunjuk prinsip dalam mempelajari
persepsi belajar
dan ingatan. dan 3 hukum tambahan
(subsider)
yang tunduk
kepada hukum yang
pokok itu, yaitu
Hukum
Kesamaan, Hukum
Kedekatan dan Hukum
Ketertutupan.20 Dalam
bukunya yang
berjudul "Investigation of
Gestalt Theory" (1923),
Wertheimer mengemukakan
hukum-hukum Gestalt sebagai
berikut:
1) Hukum Keterdekatan (law of proximity)
Dalam kita
mengamati, obyek-obyek yang berdekatan satu
sama lain
akan nampak sebagai
satu unit persepsi.
Dengan demikian
hal-hal yang saling
berdekatan dalam
waktu atau
tempat cenderung dianggap
sebagai suatu
totalitas.
2) Hukum Ketertutupan (law of closure)
Menyatakan bahwa
kita mempunyai tendensi
untuk
melengkapi atau
mengisi
pengalaman-pengalaman yang
tidak lengkap,
agar menjadi lebih
berarti. Atau hal-hal
yang cenderung
menutup akan membentuk kesan totalitas
tersendiri.
3) Hukum Kesamaan (law of equivalence)
Dalam kita
melakukan pengamatan, maka
obyek-obyek
yang mempunyai
kemiripan (similarity) satu
sama lain
akan diorganisir
ke dalam satu persepsi. Dengan kata lain
hal-hal yang
mirip satu sama
lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau
suatu totalitas.
3. Memecahkan
Problem (Problem Solving),
Mendapatkan
Pencerahan
(Insight)
Dalam teori
belajar menurut Gestalt,
yang terpenting dalam
belajar adalah
adanya penyesuaian pertama,
yaitu memperoleh
respon yang
tepat untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Belajar yang
penting bukan mengulangi
hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi
mengerti/memperoleh insight (pemahaman).
memberikan enam macam
sifat khas belajar
dengan insight,
sebagai berikut:
a. Insight
itu dipengaruhi oleh
kemampuan dasar.
Kemampuan dasar
itu berbeda-beda dari
individu yang
satu ke
individu yang lain.
Pada umumnya anak
yang
masih sangat
muda sukar untuk
belajar dengan insight
ini.
b. Insight
itu dipengaruhi oleh
pengalaman belajar masa
lampau yang
relevan. Walaupun insight
itu tergantung
kepada pengalaman
masa lampau yang
relevan, namun
memiliki pengalaman
masa lampau tersebut
belum
menjamin
dapatnya memecahkan masalah. Jadi misalnya
anak tidak dapat
mengerjakan problem aljabar, kalau dia
belum tahu
menggunakan simbol-simbol dalam
aljabar
tersebut terlebih
dahulu (dari masa
lampau), tetapi anak
yang telah
menguasai simbol-simbol tersebut
serta
mengetahui cara-cara
pemecahan problem dalam
aljabar
belum tentu
dapat memecahkan problem
tersebut.
Disinilah letak
perbedaan antara teori
Gestalt dengan
teori assosiasi
yang beranggapan bahwa
hanya memiliki
pengalaman masa
lampau yang diperlukan
seseorang
akan dapat
memecahkan problem, sebab
pemecahan-pemecahan problem berarti
penerapan operation-operation
yang telah dipelajari.
c. Insight
tergantung kepada pengaturan
secara
eksperimental. Insight
itu hanya mungkin
terjadi apabila
situasi belajar
diatur sedemikian rupa
sehingga segala
aspek yang
perlu dapat diambil.
Apabila alat yang
diperlukan untuk
pemecahan problem itu
dapat dibuat
seakan-akan menjadi
tidak mungkin, maka
problem
menjadi lebih
sukar.
d. Insight
itu didahului oleh
suatu periode mencoba-coba.
Insight bukanlah
hal yang dapat jatuh dari langit dengan
sendirinya, melainkan
hádala hal yang
harus di cari.
Sebelum dapat
memperoleh insight orang
harus sudah
meninjau problemnya
dari berbagai arah
dan mencoba-coba memecahkan.
e. Belajar
yang dengan Insight
itu dapat diulangi.
Jika
sesuatu problem
yang telah dipecahkan
dengan insight
lain kali
diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan,
maka dia akan dengan
langsung dapat memecahkan
problem itu
lagi.
f. Insight yang telah sekali di dapatkan dapat
dipergunakan
untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.21
Belajar yang
disertai insight (insight
full learning) biasanya
mempunyai empat
ciri.
1) Transisi
dari pemecahan permulaan
sampai
pemecahan
terjadi dengan tiba-tiba.
2) Pemecahan yang dilakukan dengan insight biasanya
lancar dan bebas
dari kesalahan.
3) Pemecahan
masalah yang disertai
insight, dipegang
teguh untuk
pertimbangan lamanya waktu.
4) Satu
prinsip adanya insight
adalah mudahnya
aplikasi
terhadap problem yang lain.
D. APLIKASI
TEORI BELAJAR GESTALT
PADA PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN
Banyak praktek
pendidikan dan pengajaran
yang menggunakan
dasar psikologi
Ilmu Jiwa Gestalt.
1. Dalam bidang
Kurikulum
Kurikulum
concentris merupakan pengetrapan prinsip-prinsip ilmu
Jiwa Gestalt. Kurikulum
ini mempunyai
pusat yang
sama (con-centris). Dalam
tingkatan yang
rendah, disusun
kurikulum dari suatu
kesatuan yang
utuh. Disini
diajarkan yang pokok-pokok
secara garis
besar. Di
tingkat yang lebih
tinggi, kesatuan itu
diberikan lagi,
tetapi dibahas lebih
mengarah ke
bagian-bagian lebih
mendalam. Sedang ditingkat
yang
lebih tinggi
lagi, kesatuan tersebut
tetap digunakan,
tetapi dibahas
menjadi kesatuan-kesatuan yang
lebih
mendalam lagi.
Begitu seterusnya. Dalam
perwujudan
dan perkembangan
selanjutnya, kurikulum concentris
ini dapat
terwujud dalam:
(a) Penagajaran pusat minat
(b) Penagajaran Proyek
(c) Penagajaran alam sekita
(d) Salah
satu prinsip dalam
sistim among oleh
Ki
Hajar Dewantara.
2. Dalam Bidang
Didaktik Metodik
Dalam bidang
Didaktik Metodik, khususnya
mengenai
metode mengajar
membaca, menulis. Pengaruh
Ilmu
Jiwa Gestalt
itu sangat besar.
Ternyata pengetrapan
Ilmu Jiwa
Gestalt dalam metode
mengajar membaca
menulis itu
telah mampu menggoyahkan
metode
mengajar yang
telah berabad-abad sejak zaman Yunani
Kuno hingga awal
abad 20 ini.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI GESTALT
1. Kelebihan Teori Gestalt
a) Menghasilkan
individu atau anak
yang memiliki
kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang
dihadapi.
b) Kurikulum
dirancang sedemikian rupa
sehingga
terjadi situasi
yang memungkinkan pengetahuan
dan
keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta
didik.
Selain itu,
latihan memecahkan masalah
seringkali
dilakukan melalui
belajar kelompok dengan
menganalisis
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Peserta didik
dapat aktif dan
dapat menemukan cara
belajar yang
sesuai bagi dirinya.
Guru berfungsi
sebagai
mediator, fasilitator dan teman yang membuat
situasi menjadi
kondusif untuk terjadinya
konstruksi
2. Kelemahan Teori Gestalt
Selain jasa dan
sumbangannya yang sangat berharga
bagi belajar
disekolah dengan insight,
namun terdapat juga
celah-celah kelemahan
dan kekurangannya. Seperti
halnya ahuan dari peserta didik. teori
belajar koneksionisme, terhadap
teori gestaltpun dapat
diajukan pertanyaan,
bolehkah belajar dengan
insight itu
dianggap sebagai
prototipe belajar?
Daftar Pustaka
Ernest Ropiequet
Hilgard, 1975, Theories
Of Learning: The
Century Psychologi
Series, Printice-Hall, Inc.,
and
Englewood
Cliffs, N.J..
Henry L.
Boediger, J. Philippe
Rushton, Elizabeth D.
Capald dan
Scot G. Paris,1984, Psychology, Litle Brown and Company,
Boston, Toronto, 1
B.R. Hergenhann and
Mettew H.Olson,
1997, An
Introduction to The Theories of Learning, New Jersey:
Prantice hall.
Inc.
http/www.google.co.id/file/e-Psycology/diakses tanggal
25
September 2007
Malcom Kowles,
1986, The Adult
Learner A Neglected
Spesies.
Gulf Publising
Company Book Division, Houston, Texas, Edisi
ke-3.
Stephen N.
Elliot, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield Cook, and
John F.
Travers, 2000, Educational
Psychology: Efective
Teaching, Effective
Learning, McGraw-Hill Higher
Education, Edisi
International.
Sumadi Suryabrata,
2004, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Raja
Grafindo
Persada.
Guy R.
Lefrancois, 1995, Theories
of Human Learning.
Kros’s
Report.
Book/Cole Publising Company.
Muhibbin Syah.,M.Ed,.
1995, Psikologi Pendidikan
dengan
pendekatan baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
B.R. Hergenhann
and Mettew H.Olson,
1997, An Introduction
to
The Theories of
Learning, New Jersey: Prantice hall. Inc.
Slameto, 2003,
Belajar dan Faktor-faktor
yang
mempengaruhinya,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ratna Wilis
Dahar, 1996, Teori
Belajar, Jakarta: Penerbit:
Erlangga.
TINJAUAN
FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
BERBASIS
TEORI SIBERNETIK
Tri
Suminar
Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
A
|
bstrak: Teori
belajar sibernetik merupakan
perkembangan dari teori
belajar kognitif, yang
menekankan peristiwa belajar sebagai
proses internal
yang tidak
dapat diamati secara
langsung dan terjadinya
perubahan
kemampuan yang
terikat pada situasi
tertentu. Hakekat manajemen
pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik
adalah usaha guru untuk
membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan
cara
memfungsikan unsur-unsur
kognisi siswa, terutama unsur
pikiran untuk
memahami stimulus
dari luar melalui
proses pengolahan informasi.
Tinjauan aspek
ontologi menjelaskan daya
ingatan individu terdiri
dari
struktur informasi
yang terorganisasi dan
proses penelusuran bergerak
secara hirarkhis dari
informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi
yang paling
rinci sampai informasi
yang diinginkan diperoleh.
Tinjauan
aspek epistemologi menjelaskan cara belajar sangat ditentukan
oleh system
informasi. Komponen
pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk
informasi dan proses terjadinya lupa
dijelaskan melalui 3
komponen: Sensory
memory atau sensory
register ( SM/SR),
Short Term
Memory (STM),
Long Term Memory
(LTM). Tinjauan aspek
aksiologi
dijelaskan pengelolaan
pembelajaran menuntut pembelajaran
untuk
diorganisir dengan baik
yang memperhatikan kondisi internal dan eksternal.
Sebab memori
kerja manusia mempunyai
kapasitas yang terbatas.
Untuk
mengurangi muatan
memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar,
peristiwa pembelajaran,
dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Kata Kunci:
Tinjauan Filsafati, Manajemen
Pembelajaran, Teori
Sibernetik
PEMBAHASAN
Pengertian Tinjauan Filsafati: Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan
yang komprehensif yang
berusaha memahami
persoalan-persoalan
yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan
daya nalar
manusia. Kebenaran
dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya
pada kemampuan daya
nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu
bentuk kegiatan
akal manusia melalui
pengetahuan yang diterima
melalui panca indera,
diolah dan ditujukan
untuk mencapai suatu kebenaran.
Ada
beberapa teori kebenaran
menurut pandangan filsafat
dalam bidang ontologi,
epistemologi dan
aksiologi (Jalaludin, 2007:
126). Ontologi seringkali
diidentifikasikan
dengan metafisika,
yang juga disebut
dengan proto-filsafat atau
filsafat yang pertama.
Dari ketiga teori kebenaran menurut pandangan filsafat yang
telah diuraian di atas
selanjutnya sebagai
dasar untuk menganalisis
persoalan manajemen pendidikan
berbasis
teori belajar
sibernetik.
Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik
Sebagaimana dikemukakan pada bagian
pendahuluan, manajemen pendidikan yang
dimaksud pada kajian
ini adalah manajemen tingkat kelas, yang dilaksanakan oleh guru di
dalam mengelola
pembelajaran di kelas. Fungsi manajemen pembelajaran di kelas meliputi
tahap perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan
penilaian
pembelajaran. Dari
keseluruhan fungsi manajemen
pembelajaran tersebut secara
khusus
menempatkan aktivitas
pembelajaran sebagai penerapan teori belajar sibernetik.
Hakekat
manajemen pembelajaran berdasarkan
teori belajar sibernetik
adalah
usaha guru
untuk membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan
cara
memfungsikan unsur-unsur
kognisi siswa, terutama
unsur pikiran untuk
memahami
stimulus dari
luar melalui proses
pengolahan informasi.
Pada
teori sibernetik, cara
belajar sangat ditentukan
oleh system informasi.
Oleh
sebab itu tidak ada
satu pun proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk
semua peserta
didik. Komponen pemrosesan
informasi berdasarkan perbedaan
fungsi,
kapasitas, bentuk
informasi dan proses
terjadinya lupa dijelaskan
melalui 3 komponen
berikut, yaitu:
Sensory memory atau
sensory register ( SM/SR).
Executive Control
Processes
Short Term Memory (STM)
Long Term Memory (LTM)
Dengan
demikian cara berpikir
seseorang tergantung pada:
(a) keterampilan apa
yang telah
dipunyainya, (b) keterampilan
serta hierarkhi apa
yang diperlukan untuk
mempelajari suatu
tugas. Dalam proses
belajar terdapat dua
fenomena, yaitu: (a)
keterampilan
intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, serta latihan
yang diperoleh
individu, (b) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai
dalam memecahkan
masalah secara lebih efisien.
Organisasi
adalah elemen kedua
dari proses belajar.
Informasi yang terorganisir
dengan baik
akan lebih mudah
dipelajari dan diingat.
Mempelajari sebuah konsep
akan
lebih mudah
dan diingat bila
disusun dengan baik,
misalnya dalam bentuk
tabel, diagram
dan sebagainya.
Konteks
adalah elemen ketiga
dari proses yang
mempengaruhi peristiwa belajar.
Aspek fisik
dan emosi (ruangan,
emosi yang dirasakan
pada saat belajar)
akan diproses
dengan informasi
yang dipelajari saat
itu. Sebuah informasi
akan mudah dipelajari
dan
diingat bila
konteks yang melatarbelakangi informasi
tersebut sama dengan
konteks
informasi yang
sudah ada.
Kondisi
internal peserta didik
yang mempengaruhi proses
belajar melalui proses
pengolahan informasi,
dan yang sangat
penting untuk diperhatikan
oleh guru dalam
mengelola pembelajaran
antara lain:
Kemampuan awal peserta
didik
Kemampuan
awal peserta didik
yaitu peserta didik
telah memiliki pengetahuan,
atau keterampilan
yang merupakan prasyarat
sebelum mengikuti pembelajaran.
Motivasi
Motivasi
berperan sebagai tenaga
pendorong yang menyebabkan
adanya tingkah
laku ke arah tujuan
tertentu
Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk
menerima dan memilih stimulus yang
relevan untuk diproses
lebih lanjut di antara sekian banyak stimulus yang datang dari luar.
Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat
kompleks yang menyebabkan orang dapat
menerima atau
meringkas informasi yang
diperoleh dari lingkungannya.
Ingatan
Ingatan
adalah suatu sistem
aktif yang menerima,
menyimpan dan mengeluarkan
kembali informasi yang
telah diterima seseorang.
Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah
disimpan di dalam ingatan jangka
panjang.
Retensi
Retensi
adalah apa yang
tertinggal dan dapat
diingat kembali setelah
seseorang
mempelajari sesuatu,
jadi kebalikan lupa
Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah
pernah dipelajari, dapat mempengaruhi
proses dalam
mempelajari materi yang
baru. Transfer belajar
atau transfer latihan
berarti
aplikasi atau
pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap atau
respons-respons lain dari satu situasi ke situasi lain.
Kondisi
eksternal yang sangat
berpengaruh terhadap proses
belajar dengan proses
pengolahan informasi
antara lain:
Kondisi Belajar
Kondisi belajar, merupakan masukkan yang
dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah laku
yang dapat dilihat
sebagai akibat dari
adanya proses belajar
5
macam hasil
belajar, yakni:
(a). keterampilan intelektual,
atau pengetahuan prosedural
yang mencakup
belajar diskriminasi,
konsep, prinsip dan
pemecahan masalah yang
diperoleh melalui
materi yang disajikan
dalam pembelajaran di kelas, (b). strategi kognitif, kemampuan untuk
memecahkan
masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu dalam
memperhatikan belajar, mengingat
dan berpikir, (c).
informasi verbal,
kemampuan untuk
mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan
mengatur
informasi-informasi
yang relevan. (d). keterampilan motorik,
kemampuan untuk
melaksanakan dan
mengkoordinasikan
gerakan-gerakan yang berhubungan
dengan otot.
(e). sikap, suatu
kemampuan internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari
oleh emosi, kepercayaan
serta faktor intelektual.
Tujuan Belajar
Tujuan
belajar merupakan komponen
sistem pembelajaran yang
sangat penting,
sebab komponen-komponen lain
dalam pembelajaran harus
bertolak dari tujuan
belajar
yang hendak
dicapai dalam proses
belajarnya.
Berdasarkan
deskripsi proses pengolahan
informasi yang terjadi
merupakan
interaksi faktor
internal dan eksternal
dari peserta didik,
maka aplikasi pengelolaan
kegiatan pembelajaran
berbasis teori sibernetik
yang baik untuk
dilakukan bagi pendidik
agar dapat memperlancar
proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
Menarik Perhatian
Cara-cara
yang dipakai pendidik
untuk menarik perhatian
peserta didik adalah:
mengetahui minat
peserta didik, memberi
pengarahan dan petunjuk
yang memotivasi,
menjelaskan tujuan-tujuan
belajar, topik-topik, dan
kesimpulan, memberi “advance
organizer” yang menghubungkan antara materi yang sudah dipelajari dengan materi yang
akan dipelajari,
mengadakan tes awal atau pertanyaan.
Merangsang Ingatan pada Prasarat Belajar.
Cara
untuk meningkatkan kemampuan
mengingat peserta didik
adalah
memberitahukan keberhasilan
belajarnya, menyuruh mengulang
kembali materi yang
dipelajari secara
periodik, mempelajari materi
terus-menerus sampai menguasai
sekali,
memberikan latihan
berkala, membuat ringkasan,
memberi waktu istirahat
setelah belajar
sesuatu, mengadakan
telaah kembali (review).
Menyajikan Bahan
Stimulasi dalam Bentuk Menarik Perhatian
Penyajian
yang menarik perhatian,
tidak memberi materi
sekaligus dalam jumlah
yang banyak, tidak
menyajikan materi terlalu cepat dan tidak memberi materi yang hampir
serupa sekaligus dalam
waktu yang bersamaan dan materi bersifat kontekstual.
Meningkatkan retensi
dan alih belajar
Meningkatkan
retensi dan alih
belajar dengan cara
memberikan bimbingan belajar
atau latihan-latihan, membuat
situasi belajar yang
jelas dan spesifik,
membuat situasi
belajar yang
relevan dan bermakna
tidak hanya belajar
materi yang baru,
namun juga
mengingat kembali
materi sebelumnya, mendorong
unjuk kerja, memberikan
balikan
informative dengan
menilai unjuk kerja,
memberikan waktu tambahan
untuk materi yang
sulit dipelajari
peserta didik, mencari
peluang situasi belajar
baru untuk menghubungkan
antara materi bari
dengan materi sebelumnya.
Meningkatkan Transfer
Belajar
Meningkatkan
transfer belajar dengan
beberapa cara: menyajikan
materi belajar
secara teratur
menurut kierarkhis belajar
dari yang sederhana
ke yang sulit,
memberikan
kesempatan untuk
mengadakan latihan menstransfer
dari materi yang
dipelajari ke dalam
situasi yang
sesungguhnya di luar
kelas, memberi kesempatan
merencanakan sendiri
kesempatan untuk
melakukan tugasnya, memberikan
tugas-tugas yang serupa,
membaerikan materi yang
bermakna bagi peserta didik.
Gagne
juga menerangkan terdapat
3 prinsip kondisi
eksternal (dari pembelajaran)
yang mempengaruhi
proses belajar, yakni:
(a) keterdekatan (contiguity),
situasi stumulus
yang hendak
direspon oleh siswa
harus disampaikan sedekat
mungkin waktunya dengan
respon yang diinginkan;
(b) pengulangan (repetition), situasi stimulus dan responnya perlu
diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar
dapat diperbaiki dan
meningkatkan retensi
belajar; (c)
penguatan (reinforcement), belajar
sesuatu yang baru
akan diperkuat apabila
belajar yang lalu
diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.
Disamping
kondisi eksternal tersebut,
juga diusulkan adanya
3 prinsip kondisi
internal yang
harus ada diri
siswa. Ketiga kondisi
internal yang dimaksud
adalah: (a)
informasi faktual
(factual information), (b) kemahiran intelektual (intelectual skill) dan (c)
strategi (strategy).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tinjauan ontologi manajemen kelas teori
belajar sibernetik adalah usaha guru untuk
membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan
cara memfungsikan
unsur-unsur kognisi
siswa, terutama unsur
pikiran untuk memahami
stimulus dari luar
melalui proses
pengolahan informasi. Teori
belajar sibernetik merupakan
pengembangan
teori belajar kognitif
yang menekankan peristiwa belajar
sebagai proses internal yang tidak
dapat diamati
secara langsung dan
terjadinya perubahan kemampuan
yang terikat pada
situasi tertentu Proses
pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang
mengutamakan
berfungsinya memory.
Tinjauan
epistemologi manajemen kelas
teori belajar sibernetik
adalah proses
pengolahan informasi
dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding),
diikuti penyimpanan
informasi, (storage), dan
diakhiri dengan pengungkapan
kembali
informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrieval). Informasi dalam ingatan sensorik
tersimpan untuk sesaat
saja yang selanjutnya tersimpan dalam ingatan jangka pendek (short
term memory). Informasi
penting yang tersimpan dalam ingatan jangka pendek selanjutnya
diteruskan pada
ingatan jangka panjang
(long term memory)
dalam bentuk yang
abstrak,
gambaran dalam
bentuk arti. Jika
diperlukan informasi yang
tersimpan dalam memori
jangka panjang ini
dapat dicari lagi melalui proses rekonstruktif.
Tinjauan
aksiologi manajemen kelas
teori belajar sibernetik
berkenaan dengan
bagaimana cara
mengelola pembelajaran yang
baik, yakni dengan
menempatkan peran
penting elaborasi
(elaboration), organisasi (organization) dan
konteks (context) untuk
mengintegrasikan pengetahuan
baru dengan pengetahuan
yang sudah ada
dalam memori.
Memori kerja
manusia mempunyai kapasitas
yang terbatas, oleh
karena itu untuk
mengurangi muatan
memori kerja, perlu
memperhatikan kapabilitas belajar,
peristiwa
pembelajaran, dan
pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Saran
Situasi
stimulus yang hendak
direspon oleh siswa
harus disampaikan sedekat
mungkin waktunya
dengan respon yang
diinginkan atau keterdekatan
(contiguity). Situasi
stimulus dan responnya
perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki
dan meningkatkan
retensi belajar atau pengulangan (repetition). Stimulus diberikan umpan
balik sebagai penguatan
(reinforcement).
DAFTAR RUJUKAN
Achmad Sugandi. 2006.
Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES. Semarang: UNNES Press.
Baharuddin dan Nur
Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Barnadib. 1987.
Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: IKIP
Catharina Tri
Anni et.al. 2004.
Psikologi Belajar. UPT
MKK UNNES. Semarang:
UNNES
Press.
Jalaluddin dan Abdullah
Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suharsimi Arikunto
dan Lia Yuliana.
2008. Manajemen Pendidikan.
Edisi ke-1. Yogjakarta:
Aditya Media
bekerjasama dengan FIP UNY.
Suparlan Suhartono.
2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
--------------------------.2008.
Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Toeti Soekamto. 1995.
Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdiknas.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar