AGREGAT
1.1. PENDAHULUAN
Agregat
adalah
butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton
atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton
atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi
sifat-sifat beton yang dihasilkan.
1.2. KLASIFIKASI AGREGAT
Berdasarkan asalnya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari
batu alam atau penghancurannya. Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat
harus keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari : (1)
kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari
batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di daratan. Agregat
beton alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik
dari batuan beku, sedime maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak
tercampur dengan kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk
beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat batu pecah, yaitu
agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.
b. Agregat
Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan
penggunaan khusus (tertentu) karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat
buatan adalah agregat ringan. Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze
yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah
liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate),
cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari
tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu
metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar
pada tungku vertical pada suhu tinggi.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat berat
:
agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk
beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat berat : Magnetit,
butiran besi
b. Agregat
Normal :
agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70. Beton dengan agregat normal
akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa – 40 MPa.
Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam),
klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat
ringan :
agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan untuk
membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam
(alam), terak dapur tinggi dg gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan
pembakaran, lempung bekah, dll (buatan).
Berdasarkan Ukuran Butirannya :
·
Batu
→ agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm
·
Kerikil
→ agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
·
Pasir
→ agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
·
Debu
(silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
Fungsi
agregat di dalam beton adalah untuk :
·
Menghemat
penggunaan semen Portland
·
Menghasilkan
kekuatan yang besar pada beton
·
Mengurangi
penyusustan pada beton
·
Menghasilkan
beton yang padat bila gradasinya baik.
1.3.PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
Teknik
penambangan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan
dan rencana pemanfaatannya.
a. Endapan
agregat kuarter/resen
Pada jenis endapan ini, tanah penutup
belum terbentuk. Endapan didapatkan di sepanjang alur sungai. Keadaan
endapannya masih lepas sehingga teknik penambangan permukaan dapat dilakukan
dengan alat sederhana seperti sekop dan cangkul. Hasil yg diperoleh diangkut
dengan truk untuk dipasarkan. Teknik penambangan ini menghasilkan produksi
agregat yang sangat terbatas. Apabila diinginkan produksi dalam jumlah banyak,
maka penggalian/pengambilan dilakukan dengan showel dan backhoe. Pemilahan besar
butir (untuk memisahkan ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara semi mekanis
dengan saringan pasir. Hasil yang sudah dipisahkan kemudian diangkut dengan
truk ungkit dengan showel ke tempat penimbunan di luar alur sungai. Teknik
penambangan ini dapat dijumpai di sepanjang Sungai Boyong Gunung Merapi dan
Sungai Cikunir Gunung Galunggung.
b. Endapan
agregat yang telah membentuk formasi
Tipe endapan ini telah tertutup oleh
tanah/soil. Pekerjaan awal dilakukan dengan land clearing/pembersihan
tanah penutup. Endapan agregat jenis ini biasanya sudah agak keras dan
tercampur dengan lumpur/lempung dan zat-zat organic lain. Untuk mendapatkan
agregat yang bersih dari lempung dan zat organic, system penambangan dilakukan
dengan cara menggunakan pompa tekan/pompa semprot bertekanan tinggi dan
dilakukan pencucian.Model penambangan seperti ini dilakukan di daerah desa
Lebak Mekar, kab. Cirebon dan di lereng G. Muria Kab. Kudus.
c. Produksi
Agregat Dari Batu Pecah
Agregat batu pecah diproduksi dari
bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan (biasanya batuan andesit dan
basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher)
untuk disesuaikan ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, kegiatan
pembuatan agregat batu pecah terdiri dari peremukan, pengayakan dan
pengangkutan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran ≤ 10
mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.
.PENIMBUNAN DAN PENYIMPANAN AGREGAT
·
Penimbunan
agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah dan
Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan, karena
agregat yang terlalu basah akan sulit untuk menentukan kadar air semennya pada
waktu membuat adukan.
·
Penimbunan pasir harus lebih tinggi dari
permukaan tanah agar terhindar dari aliran air ketika hujan.
·
Penumpukan
pasir hendaknya sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan agar lebih mudah
mengambilnya.
1.5. SIFAT – SIFAT FISIK DAN PENGUJIAN AGREGAT
Sifat – sifat
agregat yang mempengaruhi mutu beton terdiri dari :
a. Bentuk
butiran dan keadaan permukaan
Butiran agregat biasanya berbentuk bulat
( agregat yg berasal dari sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam
dengan permukaan kasar, ada yg berbentuk pipih dan lonjong.
Bentuk butiran berpengaruh pada :
* luas permukaan agregat
* Jumlah air pengaduk pada beton
* Kestabilan/ketahanan (durabilitas)
pada beton
* Kelecakan (workability)
* Kekuatan beton
Keadaan
permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat antara agregat dengan semen.
Permukaan kasar → ikatannya kuat
Permukaan licin → ikatannya lemah
b. Kekuatan
Agregat
o Kekuatan Agregat adalah Kemampuan agregat untuk
menahan beban dari luar.
O Kemampuan
agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan elastisitas. Yang
paling dominant dan diperhatikan adalah kekuatan tekan dan elastisitas.
o Kekuatan dan elastisitas agregat dipengaruhi oleh :
- jenis batuannya
- susunan mineral
agregat
- struktur/kristal
butiran
- porositas
- ikatan antar
butiran
o Pengujian kekuatan agregat meliputi :
- Pengujian kuat
tekan
- Pengujian
kekerasan agregat dengan goresan batang tembaga
atau bejana Rudellof
- Pengujian
keausan dengan mesin aus LOS ANGELES.
c. Berat jenis
agregat
Berat jenis
adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni pada volume yang
sama pada suhu tertentu Berat jenis agregat tergantung oleh : jenis batuan,
susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan.
Berat jenis
agregat ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat dalam
kondisi jenuh kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat jenis agregat yang
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam
keadaan kering, (3) Berat Jenis Bulk,
berat jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
seluruh volume agregat.
d. Bobot Isi
(Bulk Density)
Bobot isi adalah perbandingan antara
berat suatu benda dengan volume benda tersebut. Bobot isi ada dua : bobot isi
padat dan gembur. Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi
perhitungan perencanaan campuran beton.
e. Porositas,
kadar air dan daya serap air
·
Adalah
jumlah kadar pori-pori yang ada pada agregat, baik pori-pori yang dapat tembus
air maupun tidak yang dinyatakan dengan % terhadap volume agregat.
·
Porositas
agregat erat hubungannya dengan : BJ agregat, daya serap air, sifat kedap air
dan modulus elastisitas.
·
Kadar
air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada 4 jenis
kadar air dalam agregat, yaitu : (1) kadar air kering tungku, yaitu agregat
yang benar-benar kering tanpa air. (2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi
agregat yang permukaannya kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya
sehingga masih dapat menyerap air. (3) jenuh Kering Permukaan (saturated
surfacedry = SSD), dimana agregat yang pada permukaannya tidak
terdapat air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh air. Pada kondisi ini air yang
terdapat dalam agregat tidak menambah atau mengurangi jumlah air yang terdapat
dalam adukan beton. (4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam butiran
maupun permukaan agregat banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan
penambahan jumlah air pada adukan beton.

·
Daya
serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan
jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat
dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan
dalam %.
·
Daya
serap air berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton.
f. Sifat Kekal
Agregat
·
Adalah
: kemampuan agregat untuk menahan terjadinya perubahan volumenya yang
berlebihan akibat adanya perubahan kondisi fisik.
·
Penyebab
perubahan fisik : adanya perubahan cuaca dari panas-dingin, beku-cair,
basah-kering.
·
Akibat
fisik yang ditimbulkan pada beton adalah : kerutan-kerutan setempat,
retak-retak pada permukaan beton, pecah pada beton yang dapat membahayakan
konstruksi secara keseluruhan.
·
Sifat
tidak kekal pada agregat ditimbulkan oleh : adanya sifat porous pada agregat
dan adanya lempung/tanah liat.
g. Reaksi Alkali
Agregat
·
Adalah
: reaksi antara alkali (Na2O, K2O) yang terdapat pada semen dengan silika aktif
yang terkandung dalam agregat.
·
Reaksi
alkali hidroksida dengan silika aktif pada agregat akan membentuk alkali-silika
gelembung di permukaan agregat. Gelembung bersifat mengikat air yg selanjutnya
volume gelembung akan mengembang, pada beton akan timbul retak-retak.
·
Pada
konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air (basah) perlu diperhatikan
reaksi alkali agregat yang aktif.
h. Sifat Termal
·
Meliputi
: Koefisien pengembangan linier, panas jenis dan daya hantar panas.
·
Pengembangan
linier pada agregat sebagai pertimbangan pada konstruksi beton dengan kondisi
suhu yang berubah-ubah. Sebaiknya koef. Pengembangan linier agregat sama dengan
semen.
·
Panas
jenis dan daya hantar panas sebagai pertimbangan pada beton untuk isolasi
panas.
i. Gradasi
Agregat
·
Pada
beton, gradasi agregat berhubungan dengan kelecakan beton segar, ekonomis dan karakteristik
kekuatan beton.
1.6. SYARAT AGREGAT MENURUT SII, ASTM DAN SK SNI
1.6.1. Syarat Mutu Agregat Untuk Beton
Syarat Mutu
menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F
a. Agregat Halus (pasir):
1) Butirannya
tajam, kuat dan keras
2) Bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal,
apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a)
Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
b)
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
4) Agregat halus
tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan 0,060 mm)
lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci.
5) Tidak boleh
mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton. Bila direndam
dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari
warna larutan pembanding.
6) Harus
mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan susunan
ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir menurut
zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 %
dari berat
b) sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 %
dari berat
c) sisa di atas ayakan 0,30 mm, mak 15 %
dari berat
7) Tidak boleh
mengandung garam
b. Agregat Kasar (Kerikil) :
1) Butirannya
tajam, kuat dan keras
2) Bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal,
apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium
Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
b. Jika dipakai
Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
4) Agregat kasar
tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan 0,060 mm)
lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harus dicuci.
5) Tidak boleh
mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak beton.
6) Harus
mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 %
dari berat
b. sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98
% dari berat
c. Selisih antara sisa-sisa komulatif di
atas dua ayakan yang berurutan, mak 60 % dan min 10 % dari berat.
7) Tidak boleh
mengandung garam.
Syarat Mutu Agregat Menurut SII 0052-80
a. Agregat Halus
1) Susunan besar
butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
2) Kadar Lumpur
atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
3) Kadar zat
organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan warna
standar tidak lebih tua daripada warna standar.
4) Kekerasan
butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal
dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka hasil bagi tidak lebih dari 2,20.
5) Sifat kekal
diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
a.
Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian
yang hancur mak 15 %.
b. Agregat Kasar
1) Susunan besar
butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.
2) Kadar Lumpur
atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.
3) Kadar bagian
yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.
4) Sifat kekal
diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
a.
Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 12 %.
b.
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 18 %.
5) Tidak
bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini menggunakan
semen yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6 %.
6) Tidak boleh
mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.
Syarat Mutu Agregat Menurut ASTM C33-86
a. Agregat Halus
1)
Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200),
dalam % berat, mak :
- Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0
- Untuk jenis beton lainnya : 5,0
2)
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0 %.
3)
Kandungan arang dan lignit :
- Bila tampak, permukaan beton dipandang
penting kandungan mak 0,5 %.
- Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.
4) Agregat halus
bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton. Bila diuji dengan
larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna standar, tidak lebih tua
dari warna standar. Jika warna lebih tua maka agregat halus itu harus ditolak,
kecuali apabila :
a. Warna lebih tua timbul oleh adanya
sedikit arang lignit atau yg sejenisnya.
b. Diuji dengan
cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan mortar yg memakai agregat
tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai pasir standar silika,
menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 % kuat tekan mortar
memakai pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai dengan cara
ASTM C87.
5) Agregat halus
yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah dan lembab
terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh mengandung bahan
yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif
terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yg kadar alkalinya
dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60
% atau dengan penambahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang
membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut.
6)
Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian
yg hancur mak 10 %.
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian
yang hancur mak 15 %.
b. Agregat Kasar
1)
Agregat kasar yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah
dan lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh
mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya
cukup dapat menimbulkan pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton.
Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan
semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658
K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut. Syarat yang
lain untuk agregat kasar seperti pada SII.
PENGUJIAN SIFAT-SIFAT AGREGAT
Cara-cara
memeriksa sifat-sifat pasir :
a. Untuk
mengetahui kandungan tanah liat/Lumpur pada pasir dilakukan dengan cara meremas
atau menggenggam pasir dengan tangan. Bila pasir masih terlihat bergumpal dan
kotoran tertempel di tangan, berarti pasir banyak mengandung Lumpur.
b. Kandungan
Lumpur dapat pula dilakukan dengan mengisi gelas dengan air,kemudian masukkan
sedikit pasir ke dalam gelas. Setelah diaduk dan didiamkan beberapa saat maka
bila pasir mengandung Lumpur, Lumpur akan terlihat mengendap di atasnya.
c. Pemeriksaan
kandungan zat organic dilakukan dengan cara memasukkan pasir ke dalam larutan
Natrium Hidroksida ( NaOH) 3 % . Setelah diaduk dan didiamkan selama 24 jam,
warnanya dibandingkan dengan warna pembanding.
d. Sifat kekal
diuji dengan larutan jenuh garam Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat.
Untuk memeriksa agregat kasar ,kerikil
alam dan batu pecah dilakukan sama seperti pengujian pada pasir ditambah dengan
pemeriksaan kekerasan dan ketahanan aus.
a) Pemeriksaan Kekerasan kerikil
dilakukan dengan bejana Rudellof, bagian yang hancur ( tembus ayakan 2 mm)
tidak boleh lebih dari 32 %
b) Pemeriksaan ketahanan aus dilakukan
dengan mesin uji aus “ LOS ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh lebih dari
50 %.
c) Pemeriksaan Berat Jenis dan Daya
Serap Air Agregat kasar. Tujuan dari pemeriksaan BJ ini adalah untuk menentukan
jumlah agregat ( volume padat ) dalam suatu campuran beton. Pemeriksaan Berat
jenis agregat dilakukan dengan cara :
· Ambil 5 kg
agregat kasar, kemudian cuci agregat untuk menghilangkan
lumpur.
· Contoh agregat
kemudian dikeringkan/dioven pada suhu 100°C – 110°C sampai mencapai berat
tetap, kemudian dinginkan pada suhu kamar selama 1 – 3 jam dan ditimbang (A).
· Setelah dingin,
contoh tadi direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya contoh dikeluarkan
dari dalam air rendaman kemudian dilap dengan kain sampai semua air yang
melekat pada permukaan agregat tidak tampak lagi, usahakan agar tidak terjadi
penguapan melalui pori-pori agregat (dalam kondisi SSD)
· Contoh uji
ditimbang dalam kondisi jenuh permukaan kering (SSD = saturated surface dry
condition) = B.
· Kemudian contoh
uji ditimbang dalam air, sambil diusahakan tidak ada udara yang tersekap di
dalamnya (C).
· Setelah
ditimbang dalam air, contoh dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C – 110°C
sampai beratnya tetap, kemudian timbang.
BAHAN-BAHAN YANG MERUGIKAN AGREGAT
·
Bahan-bahan
yang merugikan agregat adalah bahan-bahan yang mengganggu proses pengikatan dan
pengerasan beton, mengurangi kekuatan serta berat isi beton, menyebabkan
terkelupasnya beton dan mempengaruhi ketahanan beton terhadap karat.
·
Bahan-bahan
tersebut adalah :
Ø Bahan-bahan
padat yang menetap, seperti : lempung, Lumpur dan abu. Bahan-bahan ini apabila
terdapat dalam agregat dalam jumlah banyak, maka akan ada kecenderungan penggunaan
air yang banyak dalam campuran beton, sehingga mutu beton menjadi jelek. Selain
itu, bahanbahan ini juga akan menghalangi pengikatan antara semen dan agregat.
Ø Bahan organic
dan humus, seperti : daun-daun yg membusuk, humus, asam untuk menyamak, dll.
Bahan-bahan ini akan mengganggu proses hidrasi pada beton.
Ø Garam, seperti :
Chlorida, sulfat, Karbonat dan Fosfat. Bahan-bahan ini dapat bereaksi secara
kimiawi sehingga memperlambat atau merobah proses pengikatan semen, menurunkan
kekuatan bahkan menghancurkan beton. Apabila agregat mengandung Chlorida lebih
dari 2 % maka Chlorida tersebut akan menyerap air dalam udara sehingga
meningglkan noda putih pada permukaan beton. Selain itu, jenis garam ini juga
akan menyebabkan karat pada tulangan sehingga retak-retak pada beton dan menyebabkan
terurainya beton yang bersangkutan. Pada kondisi yang demikian, beton tidak
dapat diperbaiki lagi, karena serangan karat oleh Chlorida berlangsung terus
menerus tidak dapat dicegah.
Ø Agregat yang
reaktif terhadap alkali, yaitu agregat yg mengandung silica reaktif, biasanya
terdapat pada batuan cherts, batu kapur dan beberapa jenis batuan beku. Jenis
agregat ini dapat bereaksi dengan alkali yang ada dalam semen dan membentuk
gel-silika, sehingga agregat mengembang/membengkak dan menyebabkan timbulnya
retak serta penguraian beton.
1.7. GRADASI (SUSUNAN BUTIRAN) AGREGAT KASAR DAN HALUS
Gradasi
agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat, baik agregat kasar
maupun halus. Agregat yang mempunyai ukuran seragam (sama) akan menghasilkan
volume pori antar butiran menjadi besar. Sebaliknya agregat yg mempunyai ukuran
bervariasi mempunyai volume pori kecil, dimana butiran kecil mengisi pori diantara butiran besar sehingga
pori-porinya menjadi sedikit (kemampatannya tinggi). Pada beton, dibutuhkan
agregat yg mempunyai kemampatan tinggi sehingga volume porinya kecil, maka
dibutuhkan bahan ikat sedikit ( bahan ikat mengisi pori diantara butiran
agregat).
Gradasi
agregat akan mempengaruhi sifat-sifat beton, baik beton segar maupun beton
kaku, yaitu :
a. Pada beton
segar, gradasi agregat akan mempengaruhi kelecakan (workability), jumlah
air pencampur, sifat kohesif, jumlah semen yang diperlukan, segregasi dan
bleeding.
b. Pada beton kaku
(beton keras), akan mempengaruhi kekuatan beton dan keawetannya (durabilitas). Untuk
mengetahui gradasi agregat dilakukan dengan cara menggunakan hasil analisis
pemeriksaan dengan menggunakan satu set ayakan. Ayakan dengan ukuran bukaan
paling besar diletakkan paling atas dan yang paling halus diletakkan paling
bawah sebelum pan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar